Minggu, 06 Desember 2020

SKRIPSI

 

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6) TAHUN DI TK PERTIWI DWP SETDA KABUPATEN BANJARNEGARA

 

 

 

 


SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mencapai Derajat Sarjana

 

Oleh:

SURIPTO

1111020003

 

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2015

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6) TAHUN DI TK PERTIWI DWP SETDA KABUPATEN BANJARNEGARA

 

 

SURIPTO

1111020003

 

 

 

Diperiksa dan disetujui:

 

 

Pembimimbing I                          Pembimbing II

 

 

 

Supriyadi,S.KM., M.KM.                       Ns. Ruti Wiyati, S.Kep., M.Kep

NIK: 2160134                                        NIP: 197207051998032003  

 

 

 

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

 

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6) TAHUN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

SURIPTO

1111020003

 

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi

Pada hari : 

 

SUSUNAN PANITIA UJIAN

Ketua                                                   Sekertaris

 

Supriyadi,S.KM., M.KM.                    Ns. Ruti Wiyati, S.Kep., M.Kep

NIK: 2160134                                     NIP: 197207051998032003

 

 

              Penguji I                                             Penguji II

 

Sodikin,  A.Kep., M.Kes                     Yuliarti, S.KM., M.Kes

NIK: 2160181                                     NIK: 2160080

 

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

 

 

 

Ns. Jebul Suroso, S.Kep.,M.Kep

   NIP.197703052005011001

HALAMAN PERNYATAAN

 

 

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama                           : SURIPTO

Nim                              : 1111020003

Program Setudi : Keperawatan S1

Fakultas/Universitas      : Ilmu Kesehatan/Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini, dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 

 

Purwokerto,    27    Maret 2015

Yang menyatakan,

 

SURIPTO

NIM: 1111020003

 

 

 

 

PERSEMBAHAN

     Puji  Syukur  Kehadirat  Ilahi  Robbi,  Azza  wa  Jalla,  yang  selalu  memberikan  aku Karunia  dan  Rahmat  yang  tiada  terhingga  sehingga  skripsi  ini  bisa  terselesaikan, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1.      Ayahanda Warsan Ri Hartono, Ibunda Rasmini, Adik saya Imam Zaky Syarifudin, Eko Aji S, tersayang beserta segenap keluargaku yang senantiasa memberikan semangat motovasi bagiku dan membuatku percaya bahwa kalian memberikan harapan besar padaku. 

2.      Almamater yang saya banggakan Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan seluruh bapak dan ibu guruku terhormat dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, yang telah memberikan ilmu dan mendidikku selama ini.

3.      Teman-teman angkatan 2011 untuk kebersamaan, kerjasama, dukungan dan tanpa kalian takkan ada kekuatan untuk kesuksesan bersama.

4.      Sahabatku Taat Satria Darmawan, Aris wahyu, Gema, Fitri, Akhzul, Jeni, Wahyu, Rohim, Rahmat Widodo, Gesit, Dodi Rohman. yang tidak pernah lelah kalian  memberikanku  bantuan, bimbingan dan saran, semoga kita semua sukses dalam mengemban apa yang telah kita dapatkan untuk kemaslakhatan di dunia dan akhirat. Amiin.

5.      Seseorang yang istimewa dalam hidupku, yang selalu memberiku semangat dan dukungan.

 

MOTTO

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah maha meliputi segala sesuatu.” 

(terjemahan Surat An-Nisaa’ ayat 126)*)

 

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.”

(terjemahan surat Ar-Ra’d ayat 11)

 

“Ilmu sangat berharga, karena keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang.”

 (Al-Hadist, HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

 

 “Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala

kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain.”

(Marcus Aurelius)

 

 

 

 

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6) TAHUN DI TK PERTIWI DWP SETDA KABUPATEN BANJARNEGARA

ABSTRAK

 

Latar belakang : Kemandirian merupakan bagian dari kemampuan personal (personal skills) yang terdiri dari kesadaran potensi diri yang dapat dirinci menjadi cara belajar menolong diri sendiri.

Tujuan : Mengetahui hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah (4-6) tahun di TK Pertiwi Dwp Setda Kabupaten Banjarnegara.

Metode : Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 56 ibu di TK Pertiwi Dwp Setda Kabupaten Banjarnegara pada bulan Februari 2015. Pengambilan sampel dengan simple random sampling, terdiri dari 14 pola asuh otoriter, 14 pola asuh demokratis, 14 pola asuh premisif, 14 pola asuh penelantar. Analisis data uji chisquare.

Hasil : Perkembangan kemandirian anak prasekolah mandiri dengan pola asuh penelantar 10 anak (71,4%) otoriter 1 anak (7,1%), demokratis 6 anak (42,9%), permisif 9 anak (64,3%) dan tidak mandiri otoriter 13 anak (92,9%), demokratis 8 anak (57,1%), permisif 5 anak (35,7%), penelantar 4 anak (28,6%) dengan (p-value=0,030<α 0,05). Sedangkan anak mandiri pada ibu bekerja 16 anak (64,0%) dan ibu yang tidak bekerja 10 anak (32,3%) dan tidak mandiri ibu bekerja 9 anak (36,0%), tidak bekerja 21 anak (67,7%) dengan (p-value=0,036<α 0,05).

Kesimpulan : Ada hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi Dwp Setda Kabupaten Banjarnegara.

                                                                  

Kata kunci : Pola asuh ibu, status pekerjaan, perkembangan kemandirian anak, usia prasekolah 4-6 tahun.

                                                                                                                                   

 

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

  Purwokerto

2Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

3Staf Pengajar Poltekkes Kemenkes Semarang

 

 

 

 

 

 

 

 

RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING WITH MOM AND DEVELOPMENT WORK STATUS INDEPENDENCE PRESCHOOL CHILDREN (4-6) YEARS IN DISTRICT KINDERGARTEN PERTIWI DWP SETDA BANJARNEGARA

ABSTRACT

 

Background: Self-reliance is part of the personal ability (personal skills) which consists of awareness of one's potential can be broken down into learning how to help themselves.

Objective: To investigate the relationship between maternal parenting and employment status with the development of self-reliance in children of preschool age (4-6) years at TK Earth DWP Setda Banjarnegara.

Methods: This study was a cross-sectional survey of analytic approach. The population in this study as many as 56 mothers in TK Earth DWP Setda Banjarnegara in February 2015. The sample with simple random sampling, consisting of 14 authoritarian parenting, 14 democratic parenting, parenting premisif 14, 14 penelantar parenting. Data analysis chi-square test.

Results: Development of an independent preschool child's independence with parenting penelantar 10 children (71.4%) authoritarian one child (7.1%), democratic 6 children (42.9%), permissive 9 children (64.3%) and no independent authoritarian 13 children (92.9%), democratic 8 children (57.1%), permissive 5 children (35.7%), penelantar 4 children (28.6%) with (p-value = 0.030 <α 0 , 05). While the child's mother worked independently in 16 children (64.0%) and mothers who do not work in 10 children (32.3%) and not independent working mothers 9 children (36.0%), did not work 21 children (67.7% ) with (p-value = 0.036 <α 0.05).

Conclusion: There is a relationship between maternal parenting and employment status with the development of independence in preschool children 4-6 years at TK Earth DWP Setda Banjarnegara.

 

Keywords: Maternal parenting, employment status, developmental child's independence, preschoolers 4-6 years.

 

 

                                                                                                                                   

1Student Nursing Science Program Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of      Purwokerto

2Lecturer Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of  Purwokerto

3Lecturer Faculty of Poltekkes Kemenkes Semarang

 

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6) TAHUN DI TK PERTIWI DWP SETDA KABUPATEN BANJARNEGARA”.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis menyadari banyak membutuhkan bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis berkenan untuk mengucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada  Supriyadi, S.KM, M.KM. dan Ns. Ruti Wiyati, S.Kep., M.Kep yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menulis skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

1.        Dr. Samsuhadi Irsyad, SH., MH., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2.        Ns. Jebul Suroso. S,Kp., M.Kep. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

3.        Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep. selaku wakil dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4.        Sodikin, M.Kes selaku wakil dekan II dan penguji I yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

5.        Yuliarti, S.KM, M.KM. selaku penguji II  yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

6.        Kris Linggardini, S.Kp. M.Kep selaku kaprodi keperawatan S1.

7.        Bapak dan staf Dinas Pendidikan kabupaten Banjarnegara yang sudah membantu dalam pembuatan izin penelitian.

8.        Kepala TK Pertiwi Dwp Setda Kabupaten Banjarnegara  yang telah membantu dan memberikan izin penelitian.

9.        Staf pengajar Progam Studi Keperawatan S1 dan Perpustakaan Kampus II dan Perpustakaan Kampus I yang telah menyediakan buku-buku literatur, demi kelancaran dalam pembuatan proposal skripsi ini.

10.    Seluruh staf karyawan FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

11.    Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudara tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan belai kasih sayang seiring doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT demi kelancaran penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Keperawatan S1 UMP.

12.    Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang diberikan mendapat balasan dan diridhoi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan yang dimiliki penulis.Oleh karena itu segala kritik saran yang membangun sangat diharapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

 

                       

                                                Purwokerto, 27  Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................   i

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................   ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................   iii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................   iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................   v

HALAMAN MOTTO........................................................................................   vi

ABSTRAK.........................................................................................................   vii

ABSTRACT....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR........................................................................................   ix

DAFTAR ISI......................................................................................................   xi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................   1

A.     Latar Belakang ........................................................................................   1

B.     Rumusan Masalah ....................................................................................   8

C.     Tujuan Penelitan .......................................................................................   8

D.     Manfaat Penelitian ....................................................................................   9

E.      Penelitian Terkait .....................................................................................   10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................   12

A.     Kemandirian Anak....................................................................................   12

1.      Definisi Kemandirian Anak..................................................................   12

2.      Faktor Mempengaruhi Kemandirian....................................................   14

3.      Jenis-jenis Kemandirian.......................................................................   16

4.      Meningkatkan Kemandirian.................................................................   17

5.      Indikator Kemandirian........................................................................   20

B.     Pola Asuh Ibu...........................................................................................   24

1.      Pengertian ..........................................................................................   24

2.      Macam-macam Pola Asuh..................................................................   25

3.      Faktor-faktor Mempengaruhi Pola Asuh Ibu........................................   27

4.      Tujuan  Pola Asuh Ibu.........................................................................   28

5.      Mengasuh Anak yang Baik..................................................................   28

6.      Instrumen Pengukuran Pola Asuh Ibu..................................................   29

7.      Indikator Pola Asuh yang Diteliti..........................................................   29

C.     Setatus Pekerjaan Ibu...............................................................................   32

1. Pengertian.............................................................................................   32

2. Definisi APAK......................................................................................   33

3. Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..................................   35

D.     Perkembangan Anak.................................................................................   37

1.      Pengertian...........................................................................................   37

2.      Aspek Tumbuh Kembang Anak..........................................................   39

3.      Ciri-ciri Perkembangan.......................................................................   39

4.      Periode Pola Perkembangan...............................................................   40

5.      Tugas Perkembangan..........................................................................   43

E.      Anak Usia Prasekolah...............................................................................   44

1.      Pengertian...........................................................................................   44

2.      Tujuan Pengasuhan Anak....................................................................   45

F.      Hubungan Pola Asuh Ibu dan Setatus Pekerjaan

 dengan Kemandirian Anak ......................................................................   46

1.      Pengertian...........................................................................................   46

G.     Kerangka Teori........................................................................................   48

H.     Kerangka Konsep....................................................................................   49

I.        Hipotesis..................................................................................................   51

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................   52                  

A.     Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................   52

B.     Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................   53

C.     Lokasi Penelitian.......................................................................................   58

D.     Waktu Penelitian ......................................................................................   58

E.      Variabel Penelitian ...................................................................................   58

F.      Definisi Operasional..................................................................................   59

G.     Instrumen Penelitian..................................................................................   61                  

H.     Pengumpulan Data....................................................................................   63

I.        Uji Validitas dan Reabilitas........................................................................   68

J.       Pengolahan Data.......................................................................................   71

K.    Analisa Data.............................................................................................   74

L.      Etika Penelitian.........................................................................................   78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................   80

A.     Hasil Penelitian .........................................................................................   81

B.     Pembahasan ............................................................................................   86

C.     Keterbatasan Penelitian ............................................................................   95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................   96

A.     Kesimpulan ..............................................................................................   96

B.     Saran .......................................................................................................   97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

DAFTAR TABEL

Tabel:                                                                                                           Halaman

2.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..................................................   35 3.1 Definisi Operasional               60 3.2 Kisi-kisi kuesioner  .............................................................................   63

3.3 Interpretasi hasil uji hipotesis ........................................................................   77

 4.1 Karakteristik Responden Ibu.......................................................................   82

 4.2 Karakteristik Responden Anak....................................................................   82

5.1 Distribusi PolaAsuh Ibu  ...............................................................................   83

5.2 Distribusi Perkembangan Kemandirian Anak ................................................   84

6.1 Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan

Perkembangan Kemandirian Anak...............................................................   85

6.2 Hubungan Setatus Pekerjaan Ibu dengan

Perkembangan Kemandirian Anak...............................................................   85

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                             Halaman

2.1 Kerangka teori........................................................................................... .... 48                  

2.2 Kerangka konsep....................................................................................... .... 49                  


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 Surat Izin Validitas dan Reabilitas

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Lembar Surat Permehonan (Informed Consent)

Lampiran 5 Lembar Surat Persetujuan (Consent)

Lampiran 6 Lembar Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 7 Lampiran Hasil Uji Validitas

Lampiran 8 Lampiran Hasil Penelitian

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian

Lampiran 10 Lembar Konsul Proposal

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

A.     Latar belakang

     Kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan”. Pengembangan kemandirian anak diarahkan untuk mengembangkan percakapan hidupnya melalui kegiatan yang konkrit dan dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar disekolah, guru sangat berperan dalam mengembangkan kemandirian anak sejak dini (Desmita, 2010).

     Kemandirian penting dalam kehidupan anak. Melatih kemandirian anak sejak dini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Belajar menjadi mandiri yang tidak dimiliki sejak dini hanya akan membuat pemahaman yang tidak tepat tentang konsep kemandirian dan anak cenderung bersifat individual (Kannisius, 2006). Kemampuan dan keberhasilan tumbuh kembang anak dapat dilihat dari kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (Kozier, 2010).

     Hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Stastistik tahun 2010 dan International organization (ILO), jumlah anak di Indonesia mencapai 58,8 juta. Jumlah anak di Jawa tengah mencapai 8,19 juta pada usia 0-14 tahun (Bappeda Jawa Tengah, 2010) merupakan jumlah yang tidak sedikit untuk mengupayakan mereka menjadi anak-anak yang memiliki kualitas baik. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dalam mengasuh anak-anak ini perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat, termasuk petugas kesehatan bagai anak-anak yang mengalami masalah kesehatan. Menurut undang-undang kesehatan no. 36 tahun 2009, upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi sehat, cerdas, dan berkualitas. Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal akan menentukan keberhasilan anak dimasa mendatang, sebagai penerus bangsa yang akan melanjutkan pembangunan nasional.

Di Negara maju dan Negara industry seperti Inggris dan Amerika Serikat, dua pertiga dari jumlah ibu adalah seorang pekerja. Menurut data setatistik Office For National Setatistics, di Inggris terdapat 57% ibu yang mengasuh memiliki anak dengan umur dibawah lima tahun. Menurut angka statistik tersebut, di Inggris terdapat 71% dari ibu yang mengasuh memiliki anak paling muda berumur lima sampai sepuluh tahun merupakan seorang pekerja. Sedangkan di Amerika serikat, 60% wanita (35% ibu dengan anak dibawah 18 tahun dan 45% ibu dengan anak balita) adalah seorang pekerja (Utomo, 2012).

     Beberapa penelitian telah mempelajari fenomena kemandirian tersebut pada orang dewasa, namun sangat jarang dilakukan pada kelompok anak-anak. Sebuah survey Rumah Tangga yang dilakukan oleh UNICEF dan University of Wisconsin (2008) untuk memantau kondisi kesehatan pada wanita dan anak-anak di Negara berkembang memperoleh data yang memperlihatkan bahwa terdapat 52,4% anak usia 6-9 tahun yang berada disekolah serta mengalami disabilitas atau ketidak mampuan melakukan aktivitas harian secara mandiri.

     Penelitian di Indonesia mendeteksi adanya gangguan perkembangan anak pada usia prasekolah mencapai 12,8%-28,5% dari seluruh populasi anak usia prasekolah. (Hartanto, 2009). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2008) menyebutkan bahwa apabila anak balita tidak dibina dan diasuh secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial, mental, intelektual dan moral yang nantinya dapat mempengaruhi kemandirian sikap dan perilakunya dimasa yang akan datang.

     Berdasarkan laporan departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) cakupan pelayanan kesehatan balita dalam deteksi dini tumbuh kembang balita adalah 78,11% untuk Provinsi Jawa Tengah 89,33%. Dengan jumlah balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang di Indonesia 45,7% untuk Provinsi Jawa Tengah 32,6%. Sedangkan laporan dari Ketua Yayasan Anak Autis Indonesia juga menunjukan adanya peningkatan jumlah anak autis pada tahun 2000 1: 500 anak dan pada tahun 2010 menjadi 1:500 anak (Suherman, 2010).

     Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah anak usia 0-4 tahun 23.512.851 jiwa. Sedangkan usia 0-4 tahun di Jawa Tengah 2.711.271. maka dari itu perkembangan anak sangat perlu untuk diperhatikan (DepKes RI, 2010).

     Masalah  perkembangan personal sosial pada pola asuh anak prasekolah diantaranya adalah anak tidak mempunyai kemampuan dalam bersosialisasi dan kemandirian mencapai angka 56,61% pada anak usia prasekolah (Widiastuti, 2008). Perkembangan personal sosial pada anak prasekolah yang kurang, akan menyebabkan anak tidak memiliki kesiapan dalam melangkah kejenjang yang lebih tinggi yaitu tingkat Sekolah Dasar. Maulana (2010) juga menyatakan bahwa anak dengan masalah perkembangan personal sosial akan memiliki prestasi belajar yang kurang, suka marah, suka berkelahi, suka menantang, berebut  dan mudah menangis.

     Faktor yang mempengaruhi pola asuh kemandirian anak, bahwa faktor internal yang mempengaruhi kemandirian anak adalah emosi (kemampuan mengontrol emosi), dan intelektual (kemampuan mengatasi masalah). Faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian anak adalah lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola asuh ibu, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-anak dengan ibu, status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 2004). Hal serupa juga diungkapkan oleh Yulia (2010:14) bahwa “Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dari ibu atau pendidik dan latihan-latihan keterampilan menuju kemandiriannya”. Senada dengan pendapat

tersebut, maka ibu ikut ambil dalam perkembangan kemandirian anaknya. Oleh sebab itu perlu adanya kerja sama antara guru dan ibu dalam mengasuh anak.

     Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan kemandirian pada anak, karena dasar kemandirian pertama diperoleh oleh anak dari dalam rumah yaitu dari ibu. Proses pengembangan melalui pendidikan disekolah tinggal hanya melanjutkan perkembangan yang sudah ada. Menurut Dario (2004) ada empat macam bentuk pola asuh anak yang diterapkan oleh masing-masing ibu, bentuk-bentuk pola asuh itu adalah, pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, permisif, penelantar.

Pada saat ini banyak kita temukan ibu-ibu yang bekerja dengan alasan untuk menambah pengahasilan ekonomi keluarga. Berdasarkan data statistik Badan Statistik Nasional (BPS) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 100% wanita didapatkan 82,68% adalah perempuan bekerja dan sisanya sebanyak 17,31% adalah perempuan tidak bekerja. Dengan bekerja maka semakin sedikit pula waktu dan perhatian yang mereka curahkan untuk anaknya. Keadaan ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

Bahwa sejak tahun 1985 hingga tahun 1990 terdapat sekitar 40% perempuan yang bekerja dikantor, 38% karya jasa, dan sebesar 21% dikarya kerajinan dan pegawai kasar, Fenomena tersebut dapat memberikan dampak positif ibu bekerja paling tidak dapat memperoleh masukan tambahan dan mendapat pengalaman. Namun demikian pada kenyataannya karena sibuk bekerja atau berkarir dampak negatif ibu bekerja mengakibatkan perhatian terhadap keluarga termasuk anak meniadi berkurang, bahkan tidak sedikit yang akhirnya tidak memperhatikan kondisi anak. Lebih lanjut oleh Gunarsa  (2004).

Bahwa pada kondisi seperti ini, yang paling umum menjadi korban adalah anak pada usia awal termasuk anak prasekolah. Dampak yang sering muncul adalah bersinggungan dengan masalah tumbuh kembang anak, Anak prasekolah yang seharusnya mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan mencoba mengeksplorasi kemandiriannya menjadi anak yang malas dan cenderung tidak mandiri (Gunarsa, 2004). 

Menurut pandangan umum, bila seeorang wanita telah menikah sudah selayaknya tanggung jawab keuangan diserahkan kepada suami namun selain berkeluarga, mempunyai karier adalah pilihan hidup. Banyak alasan yang mungkin dapat dikemukakan sebagai latar belakang keputusan untuk tetap bekerja, salah satunya finansial. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Andika (2007) mengenai pengaruh harga diri terhadap kepuasan hidup pada wanita bekerja dan yang tidak bekerja diperoleh hasil dengan nilai F = 101,473 dengan nilai signifikan terhadap kepuasan hidup pada wanita pekerja dan wanita tidak bekerja. Nilai F yang diperoleh masing-masing adalah 62,735 dan 42,080 serta r2 = 0,691 dan 0,600.

     Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malau (2012) mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian anak di Pondok Cina bahwa tahapan kemandirian anak diantaranya yaitu bisa berpakaian sendiri, bisa mengatur perlengkapan sekolah dengan sendiri. Namun sekitar 50% anak masih banyak yang kurang mandiri dirumah terutama dalam hal berpakaian dan menyiapkan alat-alat perlengkapan sekolah. Hal ini dikarenakan sekitar 10% anak masih berusia kurang dari 6 tahun sehingga masih dibantu oleh ibu. Selain itu, sekitar 12% dipengaruhi faktor anak tunggal sehingga peran ibu sangat banyak dalam membantu anak mengerjakan tugas sehari-hari.

     Mengingat kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi perkembangan individu, maka sebaiknya kemandirian diajarkan pada anak sedini mungkin sesuai kemampuanya. Seperti telah diakui segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak anak usia dini menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional, ialah anak sejak lahir sampai usia enam tahun sedangkan anak usia TK adalah 4-6 tahun. 

     Berdasarkan hasil survey yang telah dilakuakan di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 21-22 November 2014, terdapat 141 anak prasekolah, dengan kriteria anak usia 4-6 tahun dan diambil secara acak dan diuji dengan wawancara dari data perkembangan kemandirian anak bahwa dari 10 responden hanya sebanyak 4 anak (4%) yang memiliki kemandirian yang bagus. Sedangkan 6 anak (6%) belum menunjukan kemandirian. Bukti yang memperkuat adanya keterlambatan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK ini adalah masih banyaknya dijumpai kebiasaan anak yang masih sangat tergantung kepada ibu hal ini ditunjukan dengan ibu yang menunggui anaknya disekolah.

     Dari fenomena dan masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah (4-6) tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara”.

 

B.     Rumusan masalah

     Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah “Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara?”

 

C.     Tujuan penelitian

1.      Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

2.      Tujuan khusus

a.       Mengetahui karakteristik ibu terhadap perkembangan kemandirian anak prasekolah di TK

b.      Mengetahui gambaran pola asuh ibu dan status pekerjaan terhadap perkembangan kemandirian anak prasekolah di TK.

c.       Mengetahui gambaran perkembangan kemandirian anak prasekolah di TK.

d.      Menganalisa hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak prasekolah di Tk Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

 

D.    Manfaat Penelitian

1.      Bagi Pola asuh ibu

Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pola asuh ibu yang memiliki anak usia prasekolah di TK, dan dapat mengantisipasi penyimpangan perkembangan kemandirian. Serta Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat terhadap pola asuh ibu dan status pekerjaan dalam perkembangan kemandirian yang lebih baik bagi anak usia prasekolah.

2.      Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar perawat untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan khususnya perkembangan kemandirian kepada anak baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3.      Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur tentang upaya pelayanan kesehatan untuk pola asuh dan status pekerjaan ibu terhadap perkembangan kemandirian anak usia prasekolah.

4.      Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menginspirasi peniliti untuk menambah wawasan tentang pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah.

 

E.     Penelitian Terkait

1.      Penelitian yang dilakukan oleh Triani Yuliastati dan Novita Nurhidayati (2007) dengan judul “Pola asuh dan perkembangan personal sosial anak toddler”. Jenis penelitian ini menggunakan metode survey analitik dan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 2-3 tahun di PAUD Tetuko Desa Kios Kebon dalem Lor Prambanan Klaten, dimana semua anak tersebut adalah anak toddler yaitu sejumlah 53, dengan teknik Purposive samling diperoleh sampel 49 dan analisa data chi square. Hasil perhitungan chi square dengan α = 0,05, diperoleh nilai X2 hitung 11.031 dan p value = 0,004 (p < 0,05), berarti Ha diterima Ho ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan personal sosial anak toddler.

2.      Penelitian yang dilakukan oleh Siti Muslimah, Surjani, Rini Susanti (2013) dengan judul “Hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia 3-5 tahun di desa Randusari, Kec.Rowosari, Kab. Kendal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik sampling total population dan sebagai responden sebanyak 63 orang tua yang mempunyai anak umur 3-5 tahun di Desa Randusari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Teknik pengolahan data menggunakan teknik analisis chi-square. Dari hasil analisa univariat diperoleh data sebanyak 52,4% orangtua menerapkan pola asuh otoriter, 28,6% menerapkan pola asuh demokrasi, sedangkan Permissive 19% dan sebanyak 46% anak sudah dapat mandiri. Hasil perhitungan korelasi chi-square diperoleh p value (0,013) < α (0,05), maka ada hubungan antara pola asuh dengan kemandirian anak usia 3-5 tahun di Desa Randusari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Pola asuh pada orang tua sebagian besar adalah pola asuh otoriter, (2) Sebagian besar anak usia 3-5 tahun di Desa Randusari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal mandiri, (3) Terdapat hubungan antara pola asuh dengan kemandirian anak umur 3-5 tahun di Desa Randusari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.     Kemandirian anak

1.      Definisi Kemandirian

     Pembahasan tentang kemandirian anak menjadi topik global. Menurut Steinberg (1995), istilah kemandirian secara konseptual mengacu kepada kapasitas individu untuk memperlakukan diri sendiri. Anak yang sudah mencapai kemandirian mampu menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas dari pengaruh kontrol orang lain terutama ibu. Kemandirian anak oleh Rohita (2004), merupakan bagian dari kemampuan personal (personal skills), yang terdiri atas kesadaran potensi diri yang dapat dirinci menjadi cara belajar menolong diri sendiri dalam berpakaian, makan, dan aktivitas dikamar mandi (buang air kecil/buang air besar).

     Menurut Prasetyo (Lonan, 2008: 28) anak yang mandiri akan mampu menghadapi persaingan dan tidak mudah menyerah. Kemandirian itu tidak didapat begitu saja terbentuk tetapi melalui proses dan berkembang karena adanya pengaruh dari beberapa faktor. WHO (1999) menyatakan bahwa kemandirian hidup adalah kemampuan untuk mengembangkan perilaku beradaptasi yang memungkinkan individu agar secara efektif dapat mengatasi tantangan hidup mandiri.

Masa kritis bagi perkembangan kemandirian berlangsung pada usia dua sampai tiga tahun. Pada usia ini tugas utama perkembangan anak adalah untuk mengembangkan kemandiriannya. Kebutuhan untuk mengembangkan kemandirian yang tidak terpenuhi pada usia dua sampai 3 tahun akan menimbulkan terhambatnya perkembangan mandiri yang maksimal berdasarkan teori Erikson (Yamin & Jamilah, 2010). Kemandirian anak ditandai dengan adanya kemampuan untuk melakukan aktivitas sederhana sehari-hari, seperti makan tanpa disuapi, menggunakan pakaian sendiri, mampu memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri.

     Berk (2005) menjelaskan bahwa anak-anak yang berumur 3-6 tahun secara bertahap mulai mandiri berpakaian dan makan. Pada saat usia 3 tahun, anak mulai dapat pergi sendiri dan mengurus keperluan toiletnya. Anak umur 4-5 tahun dapat berpakaian dan melepas pakaiannya tanpa harus diawasi. Pada waktu makan, anak-anak usia prasekolah sudah dapat menggunakan sendok dengan benar dan makan sendiri, pada umur 5-6 tahun dapat menggunakan pisau untuk memotong makanan lunak.

     Perkembangan kemandirian anak diperlukan peran serta berbagai pihak. Dalam mengembangkan kemandirian anak, diperlukan keterlibatan guru, ibu, dan anak. Hal ini berhubungan dengan pendapat yang diutarakan oleh Aunilah (2011:155) bahwa “Peran ibu dalam membentuk karakter sekaligus menanamkan nilai-nilai pendidikan merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Yulia (2010:14) bahwa “Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dari ibu atau pendidik dan latihan-latihan keterampilan menuju kemandiriannya”. Senada dengan pendapat tersebut, maka ibu ikut ambil dalam perkembangan kemandirian anaknya. Oleh sebab itu perlu adanya kerja sama antara guru dan ibu dalam pendidikan anak.

 

2.      Faktor-faktor Mempengaruhi Kemandirian

     Beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian anak menurut (Soetjiningsih, 2004) terbagi menjadi dua, yaitu:

a.       Menurut teori Soetjiningsih, faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual.

1)      faktor emosi (kemampuan mengontrol emosi) yaitu faktor emosi yang ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.

2)      faktor intelektual (kemampuan mengatasi masalah) yaitu faktor intelektual yang ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak.

b.      Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri yang meliputi lingkungan, karakteristik sosial, setimulasi, pola asuh ibu, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan ibu dan status pekerjaan.

1)      Lingkungan, merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya kemandirian anak usia prasekolah. Lingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak.

2)      Karakteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak-anak dari keluarga kaya.

3)      Setimulasi, anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

4)      Pola asuh ibu, anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan. Peran ibu sebagai pengasuh sangat diperlukan bagai anak sebagai penguat perilaku yang telah dilakukannya. Oleh karena itu pola asuh, merupakan hal yang sangat penting dalam membentukan kemandirian anak

5)      Cinta dan kasih sayang, hendaknya diberi sewajarnya kepada anak, karena ini akan mempengaruhi kemandirian anak bila diberikan berlebihan akan menjadi anak kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang tua dan anak berjalan lancar dan baik.

6)      Kualitas informasi anak-anak dan ibu, dengan interaksi dua arah anak dan ibu dapat menyebabkan anak menjadi mandiri.

7)      Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak sesuai perkembangan usianya.

 

3.      Jenis–jenis Kemandirian

     Menurut Steinberg (dalam Desmita, 2011) membedakan kemnadirian atas tiga jenis, yaitu :

a.         Kemandirian emosi, yakni aspek kemandirian yang berhubungan perubahan kedekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan ibu atau orang dewasa lainnya yang banyak melakukan interaksi dengannya.

b.      Kemandirian kognitif, yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan secara bebas dan menindak lanjutinya. Kemandirian kognitif yaitu mandiri dalam bertindak dan bebas untuk bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian bertindak dimulai sejak usia anak dan berkembang dengan sangat tajam sepanjang usianya.

c.       Kemandirian nilai, yakni kebebasan untuk memaknai seperangkat benar-salah, baik-buruk apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya sendiri. Diantara ketiga komponen kemandirian, kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Beberapa ahli mengakui keluarga dan lingkungan sekolah sebagai sumber utama bagi perkembangan kemandirian.

 

4.      Meningkatkan Kemandirian

     Meningkatkan kemandirian anak Retno Dwi Astuti, (2005:4) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemandirian anak sebagai berikut:

a.         Beri kesempatan memilih, anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu dihari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya.

b.      Hargailah usahanya, hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. ibu biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk didapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya ibu memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.

c.       Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ibu, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet.

d.      Jangan langsung menjawab pertanyaan, meskipun salah tugas ibu adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya ibu tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan  padanya  untuk  menjawab  pertanyaan tersebut.

e.       Dorong untuk melihat alternatif, sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, ibu bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain diluar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada ibu, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri.

f.        Jangan patahkan semangatnya, tak jarang ibu ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong anak untuk terus melakukannya.

     Anak yang memiliki kemandirian yang normal akan cenderung lebih positif dimasa depannya. Anak yang mandiri cenderung berprestasi karena dalam menyelesaikan tugas-tugasnya anak tidak lagi tergantung pada orang lain. Sehingga anak bisa lebih percaya diri. Dengan begitu anak akan tumbuh menjadi orang yang mampu untuk berfikir serius dan berusaha untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi targetnya. Anak akan mudah untuk diterima oleh anak-anak dan teman-teman disekitarnya (Zimmer & Collins, 2003). Sebaliknya menurut Sidharto (2004) anak-anak yang tidak mandiri akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadiannya sendiri. Jika hal ini tidak segera teratasi, anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya.

 

5.      Indikator Kemandirian

     Adapun indikator kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini dapat menggunakan tes perkembangan adaptasi sosial yang merupakan suatu evolusi perkembangan prilaku yang nantinya anak dapat mengekspresikan pengalamannya secara utuh dalam meningkatkan kemampuan untuk mandiri, bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Skala pengukuran perkembangan adaptasi sosial yang baik digunakan adalah tes penilaian perkembangan kemandirian yang menggunakan Skala Kematangan Sosial atau VSMS (Vineland Social Maturity Scale) yaitu sebuah tes yang digunakan untuk mengukur dan mengungkapkan darajat atau tingkat kematangan sosial anak. Tes ini diberikan kepada anak usia 0–12 tahun dengan tujuan untuk mencari kematangan sosial anak. Skala maturitas dari Vineland ini dibagi menjadi 8 kategori perkembangan. Doll (2010) dalam Wicaksono (2012) menyatakan skala maturasi sosial dari Vineland tersebut adalah:

 

 

a.       Self-help general (SHG)

     Merupakan kemampuan dan keinginan anak untuk melakukan segala sesuatu dengan sendiri. Kemampuan ini, menjadikan anak dapat menolong dirinya sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai tahap perkembangannya. Kemampuan anak usia prasekolah dalam menolong dirinya sendiri tersebut merupakan kemampuan dasar anak untuk dapat mandiri. Kemampuan self-help general anak usia prasekolah adalah Anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu pergi tidur sendiri, mencuci muka dan tangan tanpa dibantu serta mengeringkanya sendiri. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu pergi tidur sendiri tanpa bantuan dan anak menggosok gigi tanpa bantuan (Sholihah, 2011).

b.      Self-help eating (SHE)

     Merupakan kemampuan menolong diri sendiri anak dalam hal makan yakni anak mampu untuk makan sendiri. Kemampuan anak usia prasekolah dalam self-help eating adalah Anak  usia  prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu mengambil makanan sendiri tanpa bantuan, anak dapat memakai sendok atau garpu saat makan, dan anak mampu memotong makanan sendiri. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu mengambil makanan sendiri dengan baik dan mampu melayani dirinya sendiri saat makan (Sholihah, 2011).

c.       Self-help dressing (SHD)

     Merupakan kemampuan anak menolong dirinya sendiri dalam hal berpakaian yakni mampu berpakaian sendiri. Kemampuan anak  usia prasekolah adalah Anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu memakai pakaian sendiri. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu membuka pakaian sendiri tanpa bantuan termasuk baju yang harus ditarik ke atas (Wong, 2008).

d.      Self-help direction (SHD)

     Merupakan kemampuan anak dalam hal mengarahkan, memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk konsekuensi dari setiap perilakunya. Kemampuan anak usia prasekolah adalah Anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak dapat disuruh membeli sesuatu dan anak mengetahui jadwal makan dan belajar yang teratur. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu belanja kecil-kecilan (Sholihah, 2011).

e.       Occupation (O)

     Merupakan kemampuan anak untuk melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan occupation anak usia prasekolah adalah Anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu  menyisir rambutnya sendiri dan menggunakan alat tulis untuk menggambar. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu menggunakan pisau untuk memotong dan anak dapat menggunakan pensil untuk menulis satu huruf atau lebih (Sholihah, 2011).

f.        Communication (C)

     Merupakan kemampuan anak dalam berkomunikasi seperti berbicara, tertawa dan membaca untuk mengekspresikan sesuatu hal yang sedang dirasakan dan juga untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan oleh anak usia prasekolah adalah anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu menyampaikan pesan sederhana kepada orang lain dan anak dapat mengutarakan keinginannya. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu mengutarakan keinginanya dan mengungkapkan perasaannya (Sholihah, 2011).

g.       Locomotion (L)

Merupakan kemampuan anak dalam bergerak kemanapun yang anak inginkan. Kemampuan bergerak ini merupakan salah satu aktivitas motorik yang dilakukan anak, dengan adanya aktivitas motorik yang baik maka semakin baik pula kemampuan bergerak dan kemampuan berpindah yang anak dapat lakukan. Kemampuan anak usia prasekolah dalam locomotion ini adalah anak usia prasekolah (4-5 tahun), sesuai perkembangannya  anak mampu  menaiki dan menuruni tangga tanpa bantuan serta  anak pergi ke tetangga dekat tanpa diantar oleh ibu. Anak usia prasekolah (5-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu mengikuti permainan yang beresiko seperti  melompat, mendorong dan jungkir balik (Sholihah, 2011).

h.       Socialization (S)

     Merupakan kemampuan anak dalam berteman, terlibat dalam permainan dan berkompetisi dengan tujuan memperoleh kepuasan diri dalam hubungan sosial tersebut. Kemampuan Socialization anak usia prasekolah adalah anak usia prasekolah (4-6 tahun), sesuai perkembangannya anak mampu mengikuti permainan yang bersifat lomba dan anak mampu bermain kartu atau ular tangga (Sholihah, 2011).

 

B.     Pola Asuh Ibu

1.      Pengertian

     Pola asuh adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap, dan perilaku dalam kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagianya. Pola asuh berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik, mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga, masyarakat (Septiari, 2004: 74).

     Pengaruh pengasuhan ibu terhadap anak akan terus berlangsung tidak hanya pada masa kanak-kanak tetapi berlangsung terus, pengalaman-pengalaman yang menakutkan, menggoncangkan seperti trauma, membahayakan dan sebagainya, akan terus berdampak pada fase perkembangan berikutnya. Pengalaman tersebut akan terus dibawa dan disimpan dialam bawah sadar dan dapat muncul berupa tingkah laku yang aneh yang seringkali tidak dimengerti oleh individu yang bersangkutan (Hidayat, 2009).

     Menurut Danang danu suseno irdawati membentuk sikap mandiri pada anak sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang sangat mendasar adalah pola asuh ibu. dan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh ibu dengan kemandirian pada anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.

 

2.      Macam-macam Pola Asuh

Menurut Dario (2004), ada 4 macam pola asuh ibu yaitu:

a.       Pola asuh otoriter

     Pola asuh otoriter adalah pola asuh anak ibu yang mengharuskan anak patuh pada kehendak ibu sehingga anak akan cenderung kurang inisiatif dalam melakukan suatu hal apapun, selalu merasa takut, tidak percaya diri, sering cemas, dan rendah diri.

b.      Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh ibu pada anak yang memberi kebebasan tapi dengan pengawasan ibu sehingga anak akan menjadi individu yang jujur.

c.       Pola asuh permisif

          Pola asuh permisif adalah pola asuh ibu yang biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, yaitu apapun yang dilakukan anak diperolehkan ibu sehingga anak akan menjadi anak kurang disiplin, anak menjadi semena-mena, bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab maka anak-anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu menunjukan aktualisasinya.

d.      Pola asuh penelantar

          Pola asuh penelantar adalah pola asuh campuran dari pola asuh yang lain dan merupakan pola asuh yang terakhir pada umumnya ibu lebih memprioritaskan kepentingan anaknya akan tetapi juga tidak ragu-ragu untuk mendisiplinkan anaknya, ibu memberi dukungan untuk anaknya, dan berfariasi dalam menerapkan pola asuh, menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengotrol diri, dan dapat cepat menyesuaikan diri dengan dengan temannya.

3.      Faktor-faktor Mempengaruhi Pola Asuh Ibu

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

a.       Tingkat pendidikan

     Pendidikan yang dimiliki oleh ibu akan mempengaruhi kesiapan orang tua dalam melakukan kegiatan pengasuhan. Menurut hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukan bahwa pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan sebagai macam perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat bersifat tetap atau permanen didalam keniasaan tingkah laku, pikiran, dan sikap.

b.      Lingkungan

     Lingkungan sangat mempengaruhi pola pengasuhan yang diberikan orang tua seperti halnya dalam perkembangan anak. Faktor ligkungan yang dapat berpengaruh dalam pola asuh ini adalah keluarga, dimana dikatakan bahwa keluarga merupakan konstanta tetap dalam kehidupan anak. Anak sering sekali mengamati perilaku orang lain kemudian menjadi cirri kebiasaan atau kepribadiannya.

c.       Budaya

     Kebanyakan orang tua mempelajari praktek pengasuhan dari ibu mereka sendiri. Sebagaian praktek tersebut mereka terima, namun sebagaian lagi mereka tinggalkan (Santrock, 2007).

 

4.      Tujuan Pola Asuh Ibu

     Menurut Shochib (2000), pada dasarnya tujuan utama pengasuhan ibu adalah sebagai berikut

a.         Mempertahankan kekuatan fisik anak

b.        Meningkatkan kesehatan anak

c.         Memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya

d.      Mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini

 

5.      Mengasuh Anak Yang Baik

     Erikson (Sudjana, 2004) berpendapat bahwa orang tua dapat mengasuh anak dengan baik apabila ibu memfokuskan pada tuju hal, yaitu:

a.         Menciptakan relasi atau hubungan sehat dengan anak

b.        Menyediakan kebutuhan fisik dan keamanan bagi anak

c.         Menerima adanya kebutuhan pada diri anak

d.        Menanamkan nilai-nilai pendidikan moral bagi anak

e.         Menanamkan nilai-nilai pendidikan sepiritual bagi anak

f.          Menggali hal-hal yang menyenangkan bagi anak

g.         Membantu anak mengembangkan kemampuannya

 

 

6.      Instrumen Pengukuran Pola Asuh Ibu

     Baumrind dalam Judy et al (2012) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam tipe pola asuh ibu, sehingga dibuatlah sejumlah pertannyaan yang masing-masing terdiri dari 20 pertannyaan untuk mengidentifikasi perkembangan kemandirian anak prasekolah berdasarkan tipe pola asuh yang diterapkan oleh ibu dan status pekerjaan, maka cara pengukuran pola asuh didasarkan pada hasil kuesioner yang berisikan tentang penerapan pola asuh ibu. Pengklasifikasiannya didasarkan pada kecenderungan hasil jawaban yang mengarah pada bentuk pola asuh otoriter, demokratis, permisif dan penelantar.

     Berdasarkan nilai total pengisian kuesioner pada perkembangan kemandirian anak 4-6 tahun, akan didapatkan nilai perkiraan berdasarkan tabel yang ada yang mewakili gambaran pola asuh ibu kepada anaknya. Ibu melakukan dengan menyilang jawaban yang terbagi menjadi empat kategori (SL) selalu nilainya 3, (SR) sering nilainya 2, (JR) jarang nilainya 1, (TP) tidak pernah nilainya 0. Yang disesuaikan dengan kehidupan ibu sehari-hari.

 

7.      Indikator Pola Asuh yang Diteliti

a.       Indikator pola asuh otoriter

     Baumrind (dalam Santrok, 2003) menetapkan indikator dari pola asuh adalah:

1)      Kontrol, ibu membuat batasan-batasan bagi anaknya secara berlebihan.

2)      Kasih sayang, ibu dalam mendidik anaknya tidak memperhatikan perasaan anaknya.

3)      Komunikasi, ibu sedikit dalam melakukan komunikasi secara verbal.

4)      Tuntutan kedewasaan, ibu terlalu menekan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, personal, sosial dan emosional tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berdiskusi.

b. Indikator pola asuh demokratis

     Baumrind (dalam Santrok, 2007) menetapkan indikator dari pola asuh adalah:

1)      Kontrol, memberikan kebebasan pada anak tetapi tetap memberi     kontrol terhadap anak.

2)      Kasih sayang, bentuk kasih sayang ibu yang dapat diberikan pada anaknya yakni ibu berusaha membesarkan hati anak.

3)      Komunikasi, komunikasi verbal dua arah antara anak dengan ibu, yaitu terdapat komunikasi yang baik antara anak dan ibu.

4)      Tuntutan kedewasaan, ibu memberikan pengrtian kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, personal, sosial dan emosional dan selalu memberi anak untuk berlatih dan berdiskusi.

c. Indikator pola asuh permisif

     Baumrind (dalam Santrok, 2007) menetapkan indikator dari pola asuh adalah:

1)        Kontrol, ibu memberikan pengawasan kepada anak secara longgar.

2)        Kasih sayang, ibu dalam mendidik anaknya membolehkan anak melakukan apapun sehingga anak akan menjadi kurang disiplin.

3)        Komunikasi, dalam berkomunikasi verbal antara ibu dengan anak anak lebih mendominasi, yaitu anak menjadi semena-mena dalam meminta apapun yang dilakukan anak.

4)        Tuntutan kedewasaan, ibu memberikan kebebasan bila anak mampu untuk bertanggung jawab maka anak-anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu menunjukan aktualisasinya.

d.      Indikator pola asuh penelantar

     Baumrind (dalam Santrok, 2007) menetapkan indikator dari pola asuh adalah:

1)      Kontrol, ibu memberikan pengawasan kepada anak secara longgar dan kadang bisa memberikan batasan-batasan.

2)      Kasih sayang, ibu dalam mendidik kurang membantu anak mengetahui kemampuan dan kemauan yang anak inginkan, membebaskan anak untuk melakukan tugasnya.

3)      Komunikasi, dalam berkomunikasi verbal antara ibu dengan anak, ibu sedikit berkomunikasi.

4)      Tuntutan kedewasaan, ibu memberikan kebebasan bila anak bisa mencapai tingkatan maka anak-anak akan menjadi seorang yang kurang bertanggung jawab, inisiatif, kreatif dan mampu menunjukan aktualisasinya.

 

C.     Status Pekerjaan Ibu

1.      Pengertian

     Menurut Mappiare (seperti yang disebut Andika.2005) ibu rumah tangga menurut konsep tradisional adalah wanita yang mempersembahkan waktunya untuk memelihara dan melatih, mengasuh anak-anak menurut pola-pola yang diberikan oleh masyarakat. Jadi wanita yang tidak bekerja adalah wanita yang mempersembahkan waktunya untuk mengurus, memelihara rumah (keluarga) tanpa suatu aktivitas atau pekerjaan diluar rumah. Atau dengan kata lain wanita yang tidak bekerja adalah wanita yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah tanpa terkait pekerjaan lain di rumah.

     Ibu rumah tangga, para ibu yang mempunyai anak kecil dan pergi bekerja sering dikecam, tetapi belum ada yang menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu bekerja itu tidak mandiri. lbu bekerja biasanya merasa bersalah karena mereka pikir mereka kurang mengasuh anak mereka. Meskipun sering disalahkan karena masalah anak mereka, sekarang tampak bahwa anak-anak yang ibunya bekerja tidak memiliki masalah lebih banyak dari anak-anak yang ibunya berada dirumah (Sulifan, 2007).

 

2.      Definisi APAK

     Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) adalah bagian dari penduduk usia kerja, 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab  seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. (Sensus Penduduk 2004, hal : xxi).

     Indikator ini bermanfaat untuk mengetahui bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu.

     Penghitungan APAK dapat dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja.

a.       Rumus

 

b.      Sumber Data

     Data sebagai dasar penghitungan indikator ini bisa didapatkan dari Sensus Penduduk (SP), Survey Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survey Ketenaga Kerjaan Nasional (Sakernas). Lihat lampiran untuk definisi variabelnya dibagian indikator angkatan kerja. Definisi ini berdasarkan kuesioner Susenas 2002, 2003 dan 2004.

c.       Contoh

     Berdasarkan data SP 2000, jumlah angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang dan jumlah penduduk usia kerja sebanyak 139.991.800 orang, maka APAK Indonesia pada tahun 2000 adalah; APAK = 97.433.125 / 139.991.800 x 100% = 69.6%.

3.      Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

     Tabel 2.1 data tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

Kabupaten/Kota                                    TPT                                         TPAK

2011    2012    2013                   2011    2012    2013

(1)                                 (2)       (3)        (4)                     (5)        (6)        (7)

01         Kab. Cilacap                 6,52    7,40        6,76                  71,76  65,44   66,42

02         Kab. Banyumas            4,95   5,06         5,46                  70,17  65,54   64,17

03         Kab. Purbalingga           5,54   5,14         5,72                  70,50  76,63   73,76

04         Kab. Banjarnegara        5,57   3,76         4,17                  71,25  79,47   73,61

05         Kab. Kebumen              5,18   3,66         3,58                  70,35  75,49   71,63

06         Kab. Purworejo             4,57   3,28         5,11                   69,9    68,49  71,48

07         Kab. Wonosobo            5,74   5,37         5,83                   72,00   76,24 69,50

08         Kab. Magelang             5,98   4,47         6,22                   71,52   74,52 70,35

09         Kab. Boyolali                5,24   4,52         5,46                   70,44  75,07  76,27

10         Kab. Klaten                  6,21   3,66         5,38                   70,03  72,22  73,10

11         Kab. Sukoharjo             5,48   5,98         5,99                  70,08   68,63  68,41

12         Kab. Wonogiri              3,41   3,60         3,65                  69,62   73,04  71,93

13         Kab. Karanganyar         5,51   5,79         3,82                  71,10   72,62  71,46

14         Kab. Sragen                  5,69   6,00         5,70                  71,25   76,24  73,79

15         Kab. Grobogan              5,20   4,33         6,05                  70,96   75,16  73,37

16         Kab. Blora                    6,11   4,88         6,25                  72,14   73,84  75,50

17         Kab. Rembang                          5,92   5,80         5,98                  72,26   74,88  73,23

18         Kab. Pati                      7,37  12,20        7,30                  72,35   70,94  71,20

19         Kab. Kudus                  6,21   5,85         8,01                  69,83   75,11  73,58

20         Kab. Jepara                  6,26   4,20         6,28                  71,14   71,94  70,47

21         Kab. Demak                 5,70   8,44         7,04                  70,87   70,45  68,58

22         Kab. Semarang             6,12   4,88         3,89                  70,59   77,03  74,37

23         Kab. Temanggung         5,24   3,40         4,86                  72,07   77,41  76,74

24         Kab. Kendal                 5,59   6,34         6,42                  71,36   72,88  72,00

25         Kab. Batang                 5,91   5,90         6,98                  71,39   72,61  71,21

26         Kab. Pekalongan           6,12   5,07         4,75                  71,08   71,64  69,66

27         Kab. Pemalang             6,33   4,82         6,55                  70,25   68,36  66,82

28         Kab. Tegal                    6,89   6,05         6,93                  71,06   64,59  62,75

29         Kab. Brebes                 6,63   8,20         9,54                  69,93   64,41  73,27

71         Kota Magelang             8,28   8,71         6,80                  70,60   69,46  68,93

72         Kota Surakarta                          6,36   6,07         7,18                  69,01   70,49  72,57

73         Kota Salatiga                6,39   6,69         6,20                  67,71   68,98  68,38

74         Kota Semarang             6,92   5,82         5,96                  69,61   67,91  67,75

75         Kota Pekalongan           7,29   7,44         5,28                  70,41   69,49  66,64

76         Kota Tegal                    7,14   8,49         9,25                  70,20    63,51 71,52

Jawa Tengah                5,93      5,63      6,02                 70,77    71,43 70,72

Sumber : Data diolah dari Sakernas Agustus 2011-2013. Statistik provinsi Jawa Tengah No.69/11/33/Th.VII, 06 November 2013.

 

D.    Perkembangan Anak

1.      Pengertian

     Perkembangan (development) merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pertumbuhan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup. Anak memiliki suatu ciri yang  khas yaitu selalu bertumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif dimana pengukurannya lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan (IDAI, 2002).

     Dalam perkembangan anak semua aspek yang dimiliki ibu berpengaruh besar terhadap perkembangan dimana sosial ekonomi ibu mempengaruhi perkembangan anak 20,4%, pekerjaan ibu 23,3%, dan pola asuh ibu 36,7%, dan sisanya besar dipengaruhi faktor lingkungan. Ibu merupakan tokoh sentral dalam perkembangan anak terutama dalam pola pengasuhan anak sikap positif sangat diperlukan dalam membimbing tumbuh kembang anak agar sesuai tahapan perkembangan anak, jadi dari dasar ini dapat diteladani bahwa peran ibu dalam pola pengasuhan sangat bisa menentukan aktifitas sosial anak seperti kemandirian, membantu kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar. Apabila anak mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik, anak akan mudah diterima sebagai anggota kelompok sosial ditempat mereka mengembangkan diri (Suherman, 2010).

     Menurut DepKes RI dalam buku pedoman stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak (2005) menyatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju kedewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat, lebih dari 25% anak toddler mengalami keterlambatan perkembangan seperti kurangnya kemandirian anak (tidak dapat berpakaian sendiri, tidak berhasil dalam toilet training), tidak bisa berkomunikai dengan lancar dimana anak tidak mampu menyebutkan namanya sendiri sehingga anak cenderung pasif dan tidak dapat mengembangkan kemampuannya.

 

2.      Aspek Tumbuh Kembang Anak

Aspek tumbuh kembang pada anak ini merupakan suatu aspek yang diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik dari fisik maupun psikososial.

a.    Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. 

b.    Perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan anak secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lainnya. 

c.    Pertumbuhan dan perkembangan emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial dilingkungan anak (Arvin, 2000).

 

3.      Ciri-ciri Perkembangan

     Yusuf (2007) mengungkapkan cirri-ciri perkembangan anak pada usia pra-sekolah adalah:

a.    Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.

b.    Membangun sikap yang sehat mengenai sendiri sebagai anak yang sedang tumbuh.

c.    Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temanya.

d.    Mulai mengembangkanperan sosial pria atau wanita yang tepat.

e.    Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.

f.      Mengembangkan pengertian-pengertianyang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

g.    Mengembangkan hati nurani, pengertian moral,dan tingkatan nilai.

h.    Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial.

i.      Mencapai kebebasan pribadi.

 

4.      Periode Pola Perkembangan

Periode pola perkembangan yakni berlangsung secara berkesinambungan, terdapat bukti bahwa pada berbagai usia ciri bawaan tertentulebih menonjol dari pada yang lain karena perkembangannya terjadi lebih cepat. Bijou mengusulkan bahwa periode pada perkembangan tidak ditandai dengan usia, tetapi dengan kejadian biologis dan perubahan dalam perilaku seseorang (Bijiou, 1975).

 

  Lima periode perkembangan utama anak menurut Hurlock (1978):

a.    Periode pra lahir (pembuahan sampai lahir)

          Sebelum lahir, perkembangan berlangsung secara cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tuguh.

b.   Masa neonates (lahir sampai 10-14 hari)

          Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate. selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru diluar rahim ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti.

c.    Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun)

          Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri. Perubahan ini disertai disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti anak bayi dan keinginan untuk mandiri.

d.   Masa kanak-kanak (2 tahun sampai masa remaja)

Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian yaitu:

1)      Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun)

     Adalah usia prasekolah atau perkelompok anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.

2)      Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki)

          Adalah periode dimana anak terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau usia kelompok.

e.    Masa puber (11 sampai 16 tahun)

     Merupakan metode saling tumpang tindih kira-kira 2 tahun meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja. Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12 sampai 16 tahunpada jejaka. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh orang dewasa.

     Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial, harapan sosial dikenal sebagai “tugas perkembangan”. Havighurst telah mendefinisikan tugas perkembangan sebagai, tugas yang timbul pada sekitar periode sekitar periode kehidupan individu tertentu. Adapun tujuan tugas perkembangan mempunyai tiga tujuan yang sangat berguna:

1)        Tugas pertama, tugas ini bertindak sebagai pedoman untuk membantu orang tua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu.

2)        Tugas ke dua, tugas perkembangan menimbulkan kekuatan motivasi bagi anak untuk belajarhal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut.

3)        Tugas ke tiga, tugas perkembangan menunjukan pada para orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan dari mereka dimasa mendatang.

 

5.      Tugas Perkembangan

Tugas untuk masa lahir sampai 6 tahun dari Havighurst (1972):

a.     Belajar berjalan

b.    Belajar makan makanan padat

c.    Belajar berbicara

d.    Belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh

e.    Belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan seksual

f.      Mencapai setabilitas fisiologis

g.    Membentuk konsep sederhanamengenai kenyataan sosial dan fisik

h.    Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung, dan orang lain

i.      Belajar membedakan yang benardan yang salah serta mengembangkan hati nurani

 

 

E.     Anak Usia Prasekolah

1.      Pengertian

     Masa anak prasekolah (usia 60-72 bulan) adalah masa yang sensitif terjadi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan serta masa anak dipersiapkan untuk sekolah. Oleh karena itu, panca indra dan sistem reseptor penerima rangsang serta proses memori sudah harus siap, sehingga anak mampu belajar dengan baik. Ibu dan keluarga diharapkan mampu memantau dan mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan anaknya agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan dan gangguan, sehingga perkembangan anak dapat dioptimalkan (Dep Kes RI, 2006).

     Berdasarkan laporan pelaksanaan DDTK Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya yang dilakukan tahun 2008 dan 2009 cenderung meningkat dari 2,24% menjadi 3,91% anak mempunyai masalah pertumbuhan dan perkembangan. Di embaga Pendidikan Khusus Melati Ceria Palangkaraya 44 anak memiliki penyimpangan perkembangan dan terlambat diketahui karena ketidaktahuan keluarga dan ibu dalam hal deteksi dan stimulasi perkembangan anak secara dini.

     Perkembangan anak prasekolah dipengaruhi oleh faktor biologi dan psikososial. Kemiskinan dan konteks sosial budaya meningkatkan paparan biologi dan psikososial terhadap anak dan mempengaruhi perkembangan serta perubahan struktur dan fungsi otak maupun perubahan perilaku (Walker, 2007). Termasuk dalam faktor psikososial adalah kepekaan (sensitivity) dan ketanggapan (responsiveness) pengasuh terhadap anak. Sensitivitas dan responsivitas diidentifikasi sebagai fitur utama dari perilaku pengasuhan yang berhubungan dengan outcome perkembangan positif dan kesehatan anak dikemudian hari (Richter L, 2004).

 

2.      Tujuan Pengasuhan Anak

     Kemandirian merupakan bagian dari tugas perkembangan anak prasekolah melalui proses pengasuhan. Brooks (2001) menjabarkan beberapa tujuan pengasuhan anak yaitu:

a.       Menjamin kesehatan fisik (gizi dan kesehatan) dan kelangsungan hidup anak.

b.      Menyiapkan anak agar menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab baik secara ekonomi, sosial dan moral.

c.       Mendorong perilaku individu yang positif, termasuk cara penyesuaian diri, kemampuan intelektual, dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang lain agar dapat bertanggung jawab dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

 

 

 

F.      Hubungan Pola Asuh Ibu dan Setatus Pekerjaan dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah

1.      Pengertian

     Puspitawati (2009) menyatakan bahwa keluarga sebagai yunit terkecil dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap bangsa, yaitu sebagai pendidik pertama dan utamabagi individu. Keluarga secara universal telah diakui perannan pentingnya dalam menciptakan Sumber Daya Manausia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

     Hasil penelitian Astuti (2005) ada pengaruh pola asuh ibu terhadap kemandirian siswa diterima dan dan kontribusi pola asuh ibu terhadap kemandirian siswa dalam belajar 63,92%. Hal ini berarti bahwa meningkat atau menurunnya kemandirian siswa ditentukan oleh pola asuh ibu sebesar 63,92% sedangkan sisanya 36,08% ditentukan oleh faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa.

     Peran ibu dalam keluarga terkandung dalam pasal 1 ayat 11 Undang-Undang no. 23 th 2002 tentang perlindungan anak (UU perlindungan anak) terdapat istilah “Kuasa Asuh” yaitu kekuasaan ibu untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan bakat serta minatnya. Kewajiban sebagai ibu adalah memberikan kasih sayang (afeksi) dan cinta terhadap anak. Kasih sayang ibu kepada anak diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan hak anak secara layak.

     Pengasuhan ibu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang memiliki tujuan agar dapat membuat anak prasekolah bertahan menghadapi tantangan dari lingkungan serta dapat berkembang. Potensi anak dapat dikembangkan melalui serangkaian stimulasi psikososial dari ibu dan lingkungan (Houghughi, 2004). Pada pernyataan tersebut diketahui bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang positif dan penting bagi perkembangan kemandirian anak usia prasekolah untuk dapat bertahan hidup.

Ibu rumah tangga yang bekerja atau wanita karier adalahh wanita yang melakukan sesuatu kegiatan untuk mencari nafkah (mata pencaharian) selain itu juga untuk memperoleh perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya, Mey (seperti yang disebut nanda 2010).

Hendaknya setiap ibu menghindari memanjakan anak secara berlebihan, karena hal ini akan menjadikannya kurang mandiri. Ketidak mandirian memang ditandai dengan ketidak mampuan anak untuk mengurus dirinya sendiri (ketidak mandirian fisik). Namun bisa berwujud ketidak mampuan anak untuk membuat keputusan (ketidak mandirian psikologis). Akibatnya anak sering jadi merepotkan juga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketidak mampuan membuat keputusan juga membuatnya jadi kurang percaya diri, ia tampak cenderung bergantung pada orang lain. Tidak heran bila anak terkesan mudah dipengaruhi, karena sering ragu untuk memutuskan (lntisari, 2003).

 

G.    Kerangka Teori

Faktor internal:

1.       Emosi

2.       Intelektual

 

     Kerangka teori pada penilitian ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

 


Faktor eksternal:

1.    Lingkungan

2.    Karekteristik sosial

3.    Stimulasi

4.     

 

5.    Cinta dan kasih sayang

6.    Kualitas informasi anak

 

Kemandirian anak usia prasekolah

                                                                                                                                                              

4.   Pola asuh ibu

 

 

 

 

 


7.  Status pekerjaan ibu

                                                                                           

 

Gambar 2.1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia prasekolah (Soetjiningsih, 1995; Bahri, 2004)

Berdasarkan landasan teori penelitian diatas maka dapat dilihat bahwa faktor internal dan faktor eksternal pada kemandirian anak di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara dipengaruhi ketidak mampuan anak mengembangkan kemampuan kemandirian yang maksimal berdasarkan teori Erikson (Yamin & Jamilah, 2010). melakukan aktivitas sederhana sehari-hari, seperti makan tanpa disuapin, menggunakan pakaian sendiri, mampu memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri.

H.    Kerangka konsep

     Kerangka konsep pada penilitian dapat di lihat pada gambar dibawah ini :

1.      Status pekerjaan ibu

2.      Pola asuh ibu menurut Dario (2004) :

a.    Pola asuh otoriter

b.    Pola asuh demokratis

c.    Pola asuh permisif

d.    Pola asuh penelantar

e.     

 

Variabel bebas (independen)                   Variabel terkait (dependen)

Kemandirian anak usia prasekolah

 

 

 

 

 


Gambar 2.2. Kerangka konsep pola asuh ibu yang mempengaruhi kemandirian anak usia pra sekolah.

Keterangan :

 

: diteliti                                            : berhubungan, yang diteliti

            : tidak diteliti

            Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas maka dapat dilihat bahwa kemandirian anak usia prasekolah berkaitan dengan status pekerjaan ibu dan pola asuh ibu yang meliputi Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis, Pola asuh permisif dan pola asuh penelantar, sedangkan variabel antara faktor internal: emosi, intelektual. Faktor eksternal: lingkungan, karakteristik sosial, setimulasi, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak.

            Menurut Nursalam (2009), konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti).

a.    Variabel bebas (independen)

     Vareabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pola asuh ibu dan status pekerjaan ibu.

b.    Variabel terkait (dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang ditentukan oleh variabel lain, variabel terikat pada penelitian ini adalah perkembangan kemandirian anak usia prasekolah.

 

 

 

 

I.       Hipotesis

1.      Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

     Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban atau dugaan sementara penelitian atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam sebuah penelitian (Setiadi, 2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho=     Tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

Ha=  Ada hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

 

 

 

 

 

 

BAB III

 METODE PENELITIAN

     Dalam sebuah penelitian, agar memperoleh hasil yang optimal metode penelitian sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Penelitian perlu memilih metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan penelitiannya. Harus mendasarkan pada metode yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga mendapatkan hasil penelitian yang obyektif, karena pada dasarnya metode penelitian bermaksud untuk memberikan kemudahan dan kejelasan mengenai bagaimana peneliti melakukan sebuah penelitian.

     Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam bab ini akan menguraikan beberapa metode penelitian yang mendasari penelitian yang berisi tentang jenis dan desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, waktu penelitian, variable dan definisi operasional, pengumpulan dan pengolahan data serta etika penelitian.

 

A.     Jenis dan Desain penelitian

1.      Jenis Penelitian

     Digunakan jenis penelitian ini adalah survey analitik. peneliti ingin mengetahui status pekerjaan dan pola asuh ibu yang berhubungan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun. Peneliti ini menggunakan rancangan penelitian dengan pendekatan yang dilakukan adalah cross-sectional yang berarti mempelajari dinamika hubungan antara variabel bebas yang mempengaruhi pola asuh ibu dan status pekerjaan ibu (independen) dengan variable terkait perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun (dependen). Dengan melakukan pengukuran sesaat yaitu setiap subjek penelitian hanya diukur sesaat dan sekali saja dalam satu waktu. Hal ini berarti bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masing-masing responden (Setiadi, 2007). Yaitu dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

2.      Desain penelitian

     Penelitian ini dapat dikatakan sebagai korelasional bila ditinjau dari judul penelitian. penelitian korelasional merupakan penelitian yang memiliki kegunaan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang dilakukan dengan menghitung korelasi antara variabel yang akan dicari hubungannya, sehingga diperoleh arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih yang diteliti (Sugiyono, 2010: 107).

 

B.     Populasi dan Sampel Penelitian

1.      Populasi Penelitian

     Populasi penelitian adalah kumpulan individu, yang hasil suatu penelitian akan dilakukan generalisasi (Ariawan, 1998), sedangkan menurut Notoatmodjo (2005) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Menurut Dr. Siswojo, definisi dari populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah yang berada di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara yang berjumlah 141 anak yang berusia antara 4-6 tahun.

2.      Sampel Penelitian

     Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Lemoshow dengan uji Hipotesis beda rata-rata berdasarkan jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian tersebut (Supriyadi, 2014).

Keterangan :

n               = besar sampel minimum

           = nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu

P              = harga proporsi dalam populasi

d               = kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi atau presisi

Zβ             = Kekuatan uji (power of test)

p               = rata-rata dua proporsi

Berdasarkan jurnal penelitian Danang danu suseno irdawati, maka diperoleh sampel dengan rincian sebagai berikut:

Diketahui:

Dengan demikian maka ditemukan besar sampel adalah 14 untuk masing-masing kelompok. Jadi dari setiap kelompok dengan pola asuh otoriter sebanyak 14 sampel, kelompok dengan pola asuh demokratis 14, sampel, kelompok pola asuh premisif 14 sampel dan kelompok dengan pola asuh penelantar sebanyak 14 sampel. Jadi total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 56 sampel.

Dalam penelitian ini sampel dipilih peneliti menggunakan teknik simple random sampling, yaitu menurut Sugiyono (2010: 120) mendefinisikan bahwa simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu.

3.      Teknik Pengambilan Sampel

     Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampling pada penelitian ini adalah simple random sampling. Sugiyono (2010: 120) mendefinisikan bahwa simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Berikut pertimbangan menggunakan teknik simple random sampling yaitu:

a.       Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan biaya.

b.      Memberikan hak yang sama kepada setiap anggota populasi untuk memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel.

c.       Anak yang bersekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

4.      Kriteria Sampel

     Kriteria sampel menurut Sastroasmoro dan Ismael (2010) dan Nursalam (2009), bahwa kriteria pemelihan sampel terdiri atas kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

a.       Kriteria inklusi

     Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian agar dapat diikut sertakan dalam penelitian, yang mencangkup karakteristik klinis, demografis, geografis, dan periode waktu (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini:

1)    Ibu dari anak usia prasekolah.

2)    Ibu yang memiliki anak yang berusia 4-6 tahun.

3)   Ibu yang bekerja dan tidak bekerja yang bersedia menjadi responden.

4)   Ibu dan anak sehat secara psikologis (jiwa) dan sehat fisik yakni tidak sedang menderita sakit atau kronis.

b.      Kriteria eksklusi

     Kriteria eksklusi adalah kriteria yang harus dikeluarkan dari subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi karena adanya sebab tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1)   Anak yang memiliki riwayat prematur dan kelainan kongenital.

2)   Anak yang tidak memiliki ibu kandung.

3)   Anak yang sudah terdeteksi mengalami gangguan perkembangan.

Sampel yang terpilih adalah dengan melihat status pekerjaan ibu pada seluruh ibu yang hadir disekolah saat penelitian dilakukan dan mempunyai anak yang berusia 4-6 tahun. Sedangkan ibu dengan anak yang berusia 4 tahun sampai 6 tahun yang juga ikut hadir tidak akan dilibatkan dalam penelitian, yaitu dengan melakukan seleksi kuesioner yang telah diisi oleh ibu. Peneliti akan tetap mendokumentasikan data dalam kuesioner tetapi tidak akan dianalisis lebih lanjut.

C.     Lokasi Penelitian

     Penelitian dilakukan di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Alasan pemelihan TK tersebut sebagai tempat penelitian adalah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara merupakan sekolahan bagi anak usia prasekolah yang berusia 4-6 tahun sebelum anak masuk kejenjang pendidikan sekolah dasar. Karena sekolahan ini banyak diminati oleh ibu dan mempunyai jumlah anak tersebut dapat memenuhi jumlah sampel penelitian ini (TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara 141 anak usia prasekolah).

 

D.    Waktu Penelitian

     Waktu yang diperlukan untuk pengambilan data penelitian dilaksanakan dari mulai bulan Oktober-November 2014. Waktu yang diperlukan untuk mengajukan judul proposal penelitian adalah tanggal 5 November. Penelitian dilakukan pada tanggal 2 Februari – 5 februari 2015.

 

E.     Variabel Penelitian

     Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono, 2008). Dalam penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu:

1.    Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2006). Variabel Independent dalam penelitian ini adalah pola asuh ibu dan status pekerjaan ibu.

2.    Variabel Dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat (Sugiyono, 2006). Variebel terikat peneltian yaitu perkembangan kemandirian anak prasekolah.

 

F.      Definisi Operasional

     Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh ibu dan setatus pekerjaan ibu, sedangkan variabel dependen adalah perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun. Penjelasan definisi operasional dapat dilihat pada table 3.1. dibawah ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel

Definisi Operasional

Indikator

Alat Ukur

Hasil

Sekala Ukur

Independen, pola asuh ibu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Status pekerjaan ibu

 

 

 

 

 

Dependen, perkembangan kemandirian

 

 

Cara ibu dalam mengasuh anaknya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ibu bekerja diartikan juga sebagai penambah penghasilan

 

 

 

Kemndirian secara konseptual mengacu kepada kapasitas individu untuk memperlakukan diri sendiri

1.      Kontrol

2.      Kasih sayang

3.      Komunikasi

4.      Tuntutan kedewasaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. Penambah penghasilan

2. Ibu yang meninggalkan rumah 7-10 jam perharinya

 

 

a. Self help general

b. Self help eating

c. Self help dressing

d. Self direction

e. Occupation

f. Communication

g. Locomotion

h. Socialization

Lembar kuesioner pola asuh ibu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lembar koesioner pola asuh ibu

 

   

 

 

Lembar kuesioner kemandirian anak usia 4-6 tahun

Tipe pola asuh ibu dikategorikan dengan menjumlahkan skor tertinggi dari setiap kategori pola asuh.

Perhitungan perolehan pola asuh otoriter demokratis, permisif. Pemberian skor atas jawaban:

1.          Pola asuh otoriter kode 1

2.          Pola asuh demokratis kode 2

3.          Pola asuh permisif kode 3

4.          Pola asuh penelantar 4

 

Status pekerjaan ibu pengkategoriannya:

1. Ibu tidak    bekerja=0

2. Ibu bekerja=1

 

 

 

Pengkategorian  dibagi berdasarkan pengkategorian (ordinal)

 

1.           < 50% : Tidak mandiri

2.          > 50% : Mandiri

 

Nominal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nominal

 

 

 

 

 

 

 

Ordinal

 

 

G.    Instrumen Penelitian

     Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instumen penelitian  yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner. Kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan tetutup (closed ended question) yaitu daftar pertanyaan yang jawabannya sudah tersedia atau sudah ditentukan (Notoatmodjo, 2010).

     Skala yang digunakan pada kuesioner pola asuh adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2011), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

     Terdapat dua jenis pernyataan dalam kuisioner ini yaitu favourable dan unfavorable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang mendukung indikator, memihak, atau menunjukkan adanya ciri atribut yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang bersifat tidak mendukung, memihak, atau menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar, 2004). Pernyataan pada kuesioner pola asuh ibu dapat berupa kata-kata seperti:

1.    Pernyataan Positif (Favourable)

a.    Selalu             : 3

b.    Sering : 2

c.    Jarang            : 1

d.    Tidak pernah  : 0

2.    Pernyataan Negatif (Unavourable)

a.    Selalu             : 0

b.    Sering : 1

c.    Jarang            : 2

d.    Tidak pernah  : 3

     Skala yang digunakan dalam kuesioner pengetahuan tentang perkembangan kemandirian anak dalam penelitian ini adalah skala Gutman. Skala Guttman adalah skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberi jawaban yang tegas seperti pernyataan-pernyataan Ya dan Tidak, Benar dan Salah (Sugiyono, 2010). Pernyataan jawaban dan skor dalam kuesioner perkembangan kemandirian anak yaitu sebagai berikut:

1.    Pernyataan Positif (Favourable)

a.    Ya      : 1

b.    Tidak : 0

2.    Pernyataan negatif (Unfavourable)

a. Ya       : 0

b.    Tidak : 1

 

 

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner

No

Variabel

Pernyataan

Jumlah

Favourable

Unfavourable

 

1.

Pola asuh

-      Otoriter

 

-      Demokratis

 

 

-      Premisif

 

1, 3, 5, 7, 9

 

11, 13, 15, 17, 19

 

 

21, 23, 25, 27, 29

 

2,  4, 6, 8, 10

 

12, 14, 16, 18, 20

 

 

22, 24, 26, 28, 30

 

 

 

30

2.

Kemandirian

-          4-5 tahun

 

-          5-6 tahun

 

1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 20

21, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 38, 39

 

 

2, 3, 6, 11, 15, 16, 17, 18, 19

22, 23, 27, 33, 34, 36, 37, 40,

 

40

 

Jumlah

38

32

70

Keterangan kisi-kisi untuk yang pola asuh penelantar jika terdapatkan pola asuh yang hasilnya sama dari pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh premisif.

 

H.    Pengumpulan Data

1.    Sumber Data

     Data adalah sesuatu yang digunakan atau dibutuhkan dalam penelitian dengan menggunakan parameter tertentu yang telah ditentukan. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara maka sumber datanya disebut responden (Arikunto, 2006). Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah:

 

 

1)   Data Primer

     Data primer merupakan data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survey, dan lain-lain (Setiadi, 2007). Data primer dalam penelitian ini diperoleh peneliti melihat dari status pekerjaan ibu dan data hasil pengisian kuesioner dari ibu dan untuk melihat perkembangan kemandirian anak usia prasekolah.

b.    Data Sekunder

     Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh peneliti dari data anak prasekolah di Taman kanak-kanak Pertiwi dwp setda Kabupaten Banjarnegara untuk melihat status pekerjaan ibu dan perkembangan kemandirian anak prasekolah.

2.  Teknik Pengumpulan Data

     Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengisian kuesioner untuk ibu terhadap pola asuh ibu dengan melihat status pekerjaan dan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status pekerjaan dan pola asuh ibu macam otoriter, demokratis, premisif, penelantar dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perkembangan kemandirian anak. Teknik pengumpulan data pada kedua variabel penelitian tersebut menggunakan teknik pengumpulan jawaban pada saat yang bersamaan antara variabel independen dan dependen yakni dari hasil pengisian lembar kuesioner yang telah diberikan kepada ibu.

     Pembagian dan pengisian lembar kuesioner dalam penelitian ini dapat dilakukan setelah responden yaitu ibu telah setuju menerima informed consent dari peneliti. Cara pengisian kuesioner adalah dengan memberikan tanda chek (√ ) pada kolom yang dipilih pada masing-masing pertanyaan dari lembar kuesioner perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dan lembar kuesioner pola asuh ibu. Pada variabel pola asuh ibu, kuesioner dipilih sesuai dengan keadaan (1 minggu sebelum penelitian) dan akan dijadikan alat screening awal untuk mengidentifikasi jenis pola asuh yang digunakan ibu, apakah pola asuh otoriter, demokratis, permisif, penelantar. Setelah status pekerjaan dan jenis pola asuh ibu telah teridentifikasi, selanjutnya peneliti akan mengukur tingkat perkembangan kemandirian anak prasekolah dengan menggunakan lembar kuesioner kemandirian berdasarkan umur anak.

     Akhir dari kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melihat lembar kuesioner untuk dinilai pencapaian perkembangan kemandirian anak usia prasekolah sesuai umur dengan melihat dari pola asuh ibu dan status pekerjaan yang kemudian akan dilakukan pengolahan data serta analisis data.

 

3.      Alat Pengumpulan Data

     Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti berupa pertannyaan dalam lembar kuesioner yang berasal dari buku dan penelitian-penelitian sebelumnya. Lembar kuesioner berisi tentang gambaran pola asuh ibu dan gambaran kemandirian anak usia prasekolah.

     Pertanyaan-pertanyaan dari lembar kuesioner perkembangan kemandirian anak prasekolah tersebut mengadopsi dari Wicaksono (2012) dan untuk lembar kuesioner pola asuh ibu, yang telah telah dimodifikasi agar ibu mudah memahami isi dari pertanyaan tersebut. Lampiran C pada kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan tentang:

a.    Dari variabel dependen sistem penilaian pada lembar kuesioner perkembangan kemandirian anak menggunakan jawaban “ya” dan “tidak” pada masing-masing pertanyaan. Nilai jawaban ya=1, tidak=0. Pada lembar kuesioner perkembangan kemandirian anak usia prasekolah tersebut berisikan pertanyaan kemampuan kemandirian anak yang dilakuakan anak prasekolah yang dibagi menjadi 2 kelompok umur yakni kelompok umur 4-5 tahun, dan umur 5-6 tahun. Setiap pertanyaan tersebut mencakup 20 kategori perkembangan kemandirian. Semua hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori perkembangan kemandirian anak usia prasekolah yakni mandiri dan tidak mandiri.

b.   Melihat setatus pekerjaan ibu, kuesioner pada variabel independen berisi tentang pertanyaan mengenai pola asuh ibu terdiri dari 30 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki empat sekala jawaban dipilih sesuai dengan keadaan (1 minggu sebelum penelitian). Nilai masing-masing jawaban tersebut akan dibagi menjadi nilai jawaban selalu (SL) diberi nilai 3, sering (SR) diberi nilai 2, jarang (JR) diberi nilai 1 dan tidak pernah (TP) diberi nilai 0. Semua hasil penilaian penentuan tersebut kemudian dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh penelantar. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukan jenis pola asuh yang paling dominan yang diterapkan oleh ibu.

4.      Prosedur Pengumpulan data

     Pengumpulan data dengan terlebih dahulu melihat status pekerjaan ibu kemudian menggunakan kuesioner yang akan dilakukan pada ibu anak prasekolah yang datang ke sekolah untuk diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan. Bila tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu ibu atau pihak sekolah maka peneliti akan melakukan kontrak untuk melakukan kunjungan rumah.

     Langkah awal yang dilakukan adalah menetapkan ibu dengan status pekerjaan ibu yang datang ke sekolah, kemudian ibu akan diberikan penjelasan tentang cara mengisi kuesioner. Kemudian peneliti memberi kesempatan kepada ibu untuk berpikir sejenak, apabila ibu telah mengerti maka peneliti meminta ibu untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent). Selama ibu mengisi kuesioner, peneliti selalu mendampingi ibu. 

 

I.       Uji Validitas dan Reabilitas

     Instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Setiadi, 2007). Dua karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen atau alat ukur dalam penelitian adalah validitas dan reliabilitas (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan untuk uji validitas dan reliabelitas. Peneliti akan melaksanakan terhadap anak usia prasekolah di TK Al Firdaus Kabupaten Banjarnegara dengan jumlah 60 anak usia prasekolah.

a.    Uji validitas

     Validitas adalah suatu ukuran menunjukan tingkat-tingkat kesahihan instrumen (Riyanto, 2009). Azwar (2003), menyatakan bahwa teknik korelasi untuk menentukan validitas item sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriteria (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang lebih tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat kalau r = 0,1. Untuk mengetahui item pertanyaan dalam kuesioner valid atau tidak valid dengan menggunakan Korelasi Product Moment (Riwidikdo, 2008) dengan rumus :

     

Keterangan :

r                 : Korelasi Product Moment

N               : Jumlah responden uji coba (20 responden)

X               : Skor variabel X

Y               : Skor variabel Y

XY             : Skor variabel X dikalikan skor variabel Y

Suatu variabel dikatakan valid jika r hitung ≥ r tabel dan tidak valid jika r hitung < r tabel. Rencana uji validitas akan dilakukan di TK Al Firdaus Kabupaten Banjarnegara terhadap 20 responden. Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan menunjukan nilai r hitung kuesioner pola asuh ibu pada rentang skor 0,451-0,615, kuesioner perkembangan kemandirian anak usia 4-5 tahun pada rentang skor 0,467-0,570, perkembangan kemandirian anak usia 5-6 tahun 0,452-0,629. Dan r hitung kuesioner yang tidak valid pola asuh ibu ada 4 yaitu nomer 2 skor 0,423, nomer 14 skor 0,143, nomer 24 skor 0,213, nomor 28 skor 0,341. Perkembangan kemandirian yang tidak valid anak umur 4-5 tahun yaitu nomer 10 skor 0,380, nomor 15 skor 0,387, untuk anak umur 5-6 tahun yaitu nomor 37 skor 0,162 dan pertanyaan kuesioner yang tidak valid dirubah kembali redaksinya.     

b.    Uji reliabilitas

Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Menurut Sugiyono (2007) untuk mengetahui reabilitas dari instrumen menggunakan Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

α =

Keterangan:

α   = koefisien reabilitas Alpha

k   = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

 = jumlah varian butir

 = varian total

Untuk menentukan reabilitas dari nilai t hasil, keputusan diambil dengan dasar:

1)      Jika t hasil positif serta t ≥ t tabel, maka item pertanyaan reliabel.

2)      Jika t hasil negatif serta t < t tabel, maka item pertanyaan tidak reliabel.

Berdasarkan uji reabilitas diperoeh nilai Alpha Cronbach pada kuesioner pola asuh ibu sebesar 0,874, perkembangan kemandirian anak usia 4-5 tahun sebesar 0,847, sedangkan pada perkembangan kemandirian anak usia 5-6 tahun sebesar 0,853. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabilitas.  

 

J.      Pengolahan Data

     Pengolahan data merupakan suatu proses untuk mendapatkan data atau data ringkasan berdasarkan pengolahan data mentah yang didapatkan sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan (Setiadi, 2007). Adapun kegiatan dalam pengolahan data meliputi editing, coding, processing, dan cleaning.

1.    Editing

     Editing merupakan kegiatan pemeriksaan untuk pengecekan dari isi instrumen atau kuesioner yang telah diserahkan oleh pengumpul data. Kegiatan yang dilakukan yaitu:

1)   memeriksa kelengkapan semua pertanyaan apakah sudah terisi

2)   memeriksa apakah jawaban atau tulisan masing-masing jawaban sudah jelas atau terbaca

3)   memeriksa apakah jawaban relevan dengan pertanyaannya (Setiadi,  2007).

Dalam penelitian ini proses editing dilakukan oleh peneliti sendiri. Setelah peneliti mengetahui status pekerjaan, ibu mengisi kuesioner pola asuh ibu, penelitian melakukan pemeriksaan pada setiap lembar kuesioner perkembangan kemandirian peneliti memeriksa setiap sektor kemandirian untuk melihat mandiri, dan tidak mandiri anak prasekolah.

2.    Coding

     Coding adalah proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pengkodean ini untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori (Setiadi, 2007). Pemberian coding pada penelitian ini meliputi:

a.    Variabel independen:

1) Pola asuh otoriter diberi kode 1

2) Pola asuh demokratis diberi kode 2

3) Pola asuh premisif diberi kode 3

4) Pola asuh penelantar diberi kode 4

b. Status pekerjaan ibu:

1)      Ibu yang tidak bekerja diberi kode 0

2)      Ibu yang bekerja diberi kode 1

c.    Variabel dependent:

1) Tidak mandiri      = 0

2) Mandiri               = 1

d. Umur anak:

1) 4-5 tahun diberi kode 0

1)   5-6 tahun diberi kode 1

e.  Jenis kelamin anak:

1) Laki-laki diberi kode 0

2) Perempuan diberi kode 1

f.  Umur Ibu:

1) 20-30 tahun diberi kode 0

2) 30-4- yahun diberi kode 1

3) 40-50 tahun diberi kode 2

g.  Pendidikan Ibu:

1)   Tidak sekolah diberi kode 0

2)   SD diberi kode 1

3)   SMP diberi kode 2

4)   SMA diberi kode 3

5)   PT  diberi kode 4

3.    Processing Entry

     Proses memasukkan data dari masing-masing responden ke dalam program atau software yang ada dikomputer ataupun memasukkan data secara manual (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini proses entry dilakukan dengan memasukkan data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan tabel melalui pengolahan computer yaitu SPSS 16.0. data yang sudah di coding dimasukkan sesuai dengan tabel SPSS.

     Data yang dimasukan meliputi kode responden, umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, pendidikan ibu. Nilai total pola asuh ibu dan status pekerjaan terhadap perkembangan kemandirian anak dalam melakukan aktifitas mereka sehari-hari.  

4.    Cleaning

     Data yang telah dimasukkan sudah benar sehingga tidak perlu untuk dilakukan proses cleaning. Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan dihapus (Setiadi, 2007). Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan - kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode atau ketidak lengkapan.

 

K.    Analisa Data

     Suatu uji statistik diperlukan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang akan diteliti. Dalam menentukan suatu uji statistik harus disesuaikan dengan skala pengukuran dan jenis variabelnya. Skala pengukuran variabel independen pada penelitian ini adalah skala nominal, sedangkan skala pengukuran pada variabel dependent adalah skala ordinal yang dikelompokkan kedalam kategori-kategori tertentu sehingga uji statistik yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji chisquare (Budiarto, 2003). Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat :

1.    Analisa Univariat

     Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari masing-masing variabel yang akan diteliti. Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel penelitian  (Hastono, 2007). Karakteristik umum dari penelitian ini adalah umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, pendidikan ibu. Sedangkan karakteristik khusus dari penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah pola asuh ibu dan status pekerjaan sedangkan variabel dependennya adalah perkembangan kemandirian anak prasekolah.

2.    Analisa Bivariat

     Analisa bivariat untuk menguji hubungan dan perbedaan antara dua variabel. Analisa ini berguna untuk membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan oleh peneliti. Analisa bivariat atau inferensial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel yaitu mengetahui hubungan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dengan pola asuh dan setatus pekerjaan. Peneliti ingin melihat apakah pola asuh dari ibu (otoriter, demokratis, permisif dan penelantar) akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak usia prasekolah, sehingga akan terjadi hubungan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dengan pola asuh otoriter, demokratis, premisif, penelantar dan stataus pekerjaan ibu.

     Jenis data pada analisis bivariat antara variabel independen dan variabel dependen adalah kategorik, maka analisis yang digunakan adalah Chisquare. Pengambilan keputusan menggunakan nilai p dalam uji statistik Chi-square. Nilai p pada uji Chi-square dibandingkan dengan nilai α, dengan α = 0,05. Ho diterima jika nilai p > α, maka kesimpulannya tidak ada hubungan pola asuh otoriter, demokratis, premisif, penelantar dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah. Sedangkan jika Ho ditolak dengan nilai p < α, maka kesimpulannya ada hubungan pola asuh otoriter, demokratis, pola asuh permisif, penelantar dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

     Supadi (2000), menyatakan nilai kemaknaan dari suatu hasil penelitian, nilai kemaknaan tersebut adalah sebagai berikut:

a.    Nilai p < 0,001 berarti memiliki nilai amat sangat bermakana;

b.    Nilai 0,001 ≤ p < 0,01 berarti memiliki nilai sangat bermakna;

c.    Nilai 0,01 ≤ p < 0,05 berarti memiliki nilai bermakna;

d.    Nilai p > 0,05 berarti tidak bermakna secara statistik;

e.    Nilai  0,05    p  <  0,10  berarti  adanya  kecenderungan  ke  arah  kemaknaan secara statistik. Pengambilan keputusan dijelaskan dalam table 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan uji chisquare, dan Nilai p

No.

Parameter

Nilai

Interprestasi

1.

 

 

 

 

 

 

2.

Hasil uji

 

 

 

 

 

 

Nilai p

a)    Bila pada table 2x2 dijumpai nilai Expected kurang dari 5

b)    Bila pada table 2x2 tidak ada nilai Expected kurang dari 5

c)    Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x3, 3x2, dan sebagainya

P < 0,05

 

 

P > 0,05

-       Fisher’s Exact Test

 

-       Continuity correction

-       Pearson chi square

 

 

 

Terdapat hubungan yang bermakna

 

Tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji

Sumber: Hanny 2011.

 

L.     Etika Penelitian

     Menurut Pedoman Nasional Etika Penelitian Kesehatan (Depkes RI, 2008) semua penelitian yang erat kaitannya dengan manusia sebagai obyek harus mempertimbangkan etika. Etika penelitian yang harus dilakukan oleh seorang peneliti antara lain adalah:

1.    Menghormati martabat subjek penelitian

     Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang (subyek penelitian). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2.    Asas kemanfaatan

     Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian.

3.    Berkeadilan

     Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subyek juga harus seimbang. Prinsip keadilan memiliki makna keterbukaan dan adil. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian dan responden mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.

4.    Infromed consent

     Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subyek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Lembar inform consent mengandung penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Lembar inform consent brisi tujuan dari penelitian, maanfaat dari penelitian, resiko dari penelitian dan berisikan kesedian responden untuk menjadi subjek dalam penelitian. Lembar ini akan diberikan kepada responden sebelum melakukan data penelitian, apabila responden bersedia maka akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian.

5.    Tanpa nama (a nonimity)

     Tanpa nama adalah suatu jaminan kerahasiaan identitas dari responden. Nama responden dirahasiakan, hanya terdapat inisial atau kode yang dibuat oleh peneliti untuk memudahkan dalam pengolahan data. Pengolahan data dan pembahasan serta dokumentasi dalam penelitian ini hanya mencantumkan inisial responden.

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

     Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan antara pola asuh ibu dan setatus pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2-5 februari 2015 di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 anak usia prasekolah dengan rincian 14 anak pola asuh otoriter, 14 anak pola asuh demokratis, 14 anak pola asuh premisif, 14 anak pola asuh penelantar.

     Proses penelitian ini diawali dengan mengambil sampel menggunakan rumus simple random sampling. Data anak dengan ibu yang bekerja dan tidak bekerja diperoleh dari TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Ibu yang menjadi responden yang telah diketahui jenis pola asuhnya kemudian peneliti akan memberikan informed consent kuesioner tentang pola asuh yang berisikan pertanyaan pola asuh otoriter, demokratis, premisif, penelantar dan kuesioner tentang perkembangan kemandirian anak prasekolah berdasarkan umur anaknya. Pemberian kuesioner dilakukan pada saat ibu sedang menunggui anaknya di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Data dari pengisian kuesioner selanjutnya akan dilakukan pengolahan data yang meliputi editing, coding, entry dan cleaning. Hasil coding dan skoring data perkembangan kemandirian anak usia prasekolah yang sudah diolah dikategorikan menjadi dua yaitu perkembangan kemandirian mandiri dan tidak mandiri. 

 

A.  Hasil Penelitian   

     Penelitian menyajikan hasil dari penelitian meliputi: Analisa univariat yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi meliputi karakteristik responden, perkembangan kemandirian anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Analisa bivariat untuk melihat perbedaan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja dan tidak bekerja.

1.    Data Univariat

     Data univariat menggambarkan Karakteristik responden penelitian adalah identitas responden yang meliputi umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu. Berikut ini adalah tabel distribusi karakteristik responden.

 

 

 

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara pada bulan Februari 2015

No

Karakteristik Responden

n

%

1

Umur Ibu

a.  20-30 tahun

b.  30-40 tahun

c.  40-50 tahun

 

21

24

22

 

37,5

42,9

19,6

2

Pendidikan Ibu

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

 

8

11

20

17

 

14,3

19,6

35,7

30,4

3

Pekerjaan Ibu

a. Tidak bekerja

b. Bekerja

 

31

25

 

55,4

44,6

 

Total

56

100,0

Sumber : Data primer 2015

     Table 4.1 menunjukan bahwa proporsi karakteristik responden berdasarkan umur responden diperoleh hasil bahwa jumlah terbanyak yaitu ibu pada kelompok umur 30-40 tahun yaitu sebanyak 24 orang (42,9%) dengan tingkat pendidikan ibu paling banyak dijenjang SMA sebanyak 20 orang (35,7%). Sebagian besar di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara tidak bekerja sekitar 31 orang (55,4%).

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan umur anak, jenis kelamin anak di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

No

Karakteristik Responden

n

%

1

Umur Anak

a. 4-5 tahun

b. 5-6 tahun

 

25

31

 

44,6

55,4

2

Jenis Kelamin Anak

a. Laki-laki

b. Perempuan

 

26

30

 

46,4

53,6

 

Total

56

100,0

Sumber : Data Primer 2015

Table 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar anak di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara berada pada rentang usia 5-6 tahun sekitar 31 anak (55,4%) dengan jenis kelamin perempuan sekitar 30 anak (53,6%).  

a.    Data pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

     Bagian ini akan menguraikan gambaran pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara, berikut gambaran pola asuh ibu.

Tabel 5.1 Distribusi pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

Pola Asuh Ibu

n

%

Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh Demokratis

Pola Asuh premisif

Pola Asuh penelantar

14

14

14

14

25,0

25,0

25,0

25,0

Total

56

100,0

Sumber : data Primer 2015

     Tabel 5.1 Dari hasil penelitian ditunjukan bahwa peneliti memilih langsung untuk menentukan jumlah yang sama yaitu 14 orang (25%) dari masing-masing jenis pola asuh yang ditentukan oleh peneliti dari teori pola asuh Dario (2004) di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

b. Data tingkat kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

     Bagian ini akan menguraikan gambaran perkembangan kemandirian anak usia prasekolah, berikut gambaran perkembangan kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 5.2 Distribusi perkembangan kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

Kemandirian Anak

n

%

Tidak mandiri

Mandiri

30

26

53,6

46,4

Total

56

100,0

Sumber : Data Primer 2015

 

     Table 5.2 menunjukan distribusi perkembangan kemandirian anak usia prasekolah di TK pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara. Sebagian besar anak tidak mandiri sebanyak 30 anak (53,6%), namun anak yang mandiri sebanyak 26 anak (46,4%).

2.    Data Bivariat

     Pola asuh ibu memberikan gambaran bagaimana ibu dalam mengasuh anaknya agar anak dapat berkembang sesuai dengan harapan perkembangannya. Kemampuan ibu dalam mengasuh anaknya akan berdampak pada kemandirian anak sehari-hari. Salah satu contohnya adalah kemampuan anak dalam mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Berikut hasil analisis Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dan Status Pekerjaan dengan Perkembangan Kemandirian Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara yang disajikan dalam table 6.1 berikut ini:

 

 

Tabel 6.1 Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Perkembangan Kemandirian Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

 

 

 

Kemandirian Anak

 

 

 

 

Pola Asuh

Tidak Mandiri

 

Mandiri

 

Total

 

P Value

 

n

%

n

%

n

%

 

Otoriter

13

92,9

1

7,1

14

100,0

 

Demokratis

8

57,1

6

42,9

14

100,0

 

Permisif

5

35,7

9

64,3

14

100,0

0,030

Penelantar

4

28,6

10

71,4

14

100,0

 

Total

30

53.6

26

46.4

56

100,0

 
















Sumber : Data Primer 2015

     Tabel 6.1 menunjukan bahwa sebagian besar ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara menerapkan pola asuh penelantar kepada anak-anaknya, pola asuh penelantar ini menghasilkan kemandirian anak yang mandiri sebanyak 10 anak (17,9%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p value < α (0,030<α0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 6.2 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Kemandirian Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

 

 

 

Kemandirian Anak

 

 

 

 

Pekerjaan ibu

Tidak Mandiri

 

Mandiri

 

Total

OR

(95% CI)

P Value

 

n

%

n

%

n

%

 

Tidak bekerja

21

37,5

10

17,9

31

55,4         

                  3,733

 

0,036

Bekerja

9

16,1

16

28,6

25

44,6

 

Total

30

53,6

26

46,4

56

100,0

 


















Sumber : Data Primer 2015

     Tabel 6.2 menunjukan bahwa sebagian besar ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara kebanyakan ibu yang tidak bekerja ini menghasilkan anak yang mandiri sebanyak 10 anak (17,9%), sebagian besar ibu yang bekerja menghasilkan anak yang mandiri sebanyak 16 anak (28,6%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p value < α (0,036<α0,05). Pada tabel tersebut Odd Ratio (OR) sebesar 3,733 yang artinya ibu bekerja akan berpeluang untuk memiliki perkembangan kemandirian yang mandiri pada anak usia prasekolah dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

 

B.       Pembahasan

     Pada pembahasan ini peneliti menjelaskan mengenai pola asuh ibu, status pekerjaan, perkembangan kemandirian anak usia prasekolah, hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

1.    Karakteristik Responden di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara.

     Karakteristik responden adalah segala sesuatu yang berkenaan tentang identitas dan status responden yang bisa digali dan bisa menjadi informasi yang penting dalam kegiatan penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini, sebagian besar ibu berada pada rentang umur 30-40 tahun sebanyak 24 orang (42,9%). Jika anak mendapatkan pola asuh yang benar dari ibu maka anak akan mampu mencapai perkembangan kemandirian yang sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.

     Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Wong (2001) dalam Supartini (2004) bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk dapat menjalankan peran pengasuhan, karena usia yang terlalu muda atau terlalu tua akan menyebabkan peran pengasuhan yang diberikan oleh ibu menjadi kurang maksimal, hal ini disebabkan karena untuk dapat menjalankan peran pengasuhan secara optimal diperlukan kekuatan fisik dan psikososial untuk melakukannya.

     Selain itu, pendidikan ibu juga berpengaruh terhadap pola asuh yang diterapkan pada anaknya. Hasil yang diterapkan menunjukan bahwa ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegra latar pendidikan yang berada pada jenjang SMA sebanyak 20 orang (35,7%). Hal ini berarti ibu-ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun.

     Hasil tersebut sesuai dengan pernyataaan yang dikemukakan oleh Wong dalam Supartini (2004) yang menunjukan bahwa dengan pendidikan yang semakin tinggi, pengetahuan ibu mengenai pengasuhan anak juga akan bertambah sehingga mempengaruhi kesiapan ibu untuk menjalankan peran pengasuhan. Adanya kesiapan dari ibu diharapkan dapat memberikan pengasuhan yang sesuai agar anak dapat menjadi individu-individu yang memiliki perkembangan kemandirian yang lebih baik sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.

     Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan anatara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

     Faktor lain yang juga berperan dalam pola asuh ibu adalah status pekerjaan ibu. Data yang didapatkan menunjukan bahwa sebagaian besar ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara tidak bekerja  31 orang (55,4%) hal ini memungkinkan ibu banyak meluangkan waktu untuk bersama anaknya dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hal ini memungkinkan ibu yang tidak bekerja lebih banyak memberikan pengasuhan secara penuh kepada anaknya dalam mengarahkan kemandiriannya jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Pertayataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Supartini (2004), menyatakan bahwa pekerjaan ibu merupakan sumber penghasilan keluarga yang dapat menungkat dan peran pengasuhan pun dapat terlaksana dengan baik. Hal ini kembali kepada kemampuan ibu itu sendiri dalam membagi waktu dengan anaknya yaitu antara pekerjaan dengan kebersamaan dengan anak-anaknya.   

     Selain itu, karakteristik ibu pada penelitian ini juga diketahui karakteristik anak dimana umur anak sebagian besar pada rentang usia 5-6 tahun sebanyak 31 anak (55,4%). Apabila pada tahap ini dalam menjalin suatu relasi antara anak dan ibunya terdapat suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika ibu dalam mengasuh anaknya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu (Wening, 2012).

     Proporsi jenis kelamin anak hampir merata antara anak laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan 30 anak (53,6%) dan laki-laki 26 (46,4%). Hal ini membuat anak sangat diperhatikan oleh ibu, karena perhatian ibu hanya fokus pada seorang anak tanpa seorang anak tanpa terbagi dengan yang lainnya sehingga pengasuhannya menjadi lebih optimal. 

2.    Pola Asuh Ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

     Pola asuh ibu merupakan suatu bentuk kegiatan merawat, memelihara, dan membimbing yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya agar tumbuh dan berkembang serta dapat mencapai kemandirian. Setiap ibu tentunya menginginkan anaknya dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tumbuh kembangnya. Pola asuh yang diterapkan tentunya berbeda antara ibu satu dengan yang lainnya. Setiap pola asuh ibu dapat memberikan hasil yang berbeda pada kemandirian anak.

     Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peneliti memilih langsung untuk menentukan jumlah yang sama yaitu 14 orang (25%) pada masing-masing jenis pola asuh yang ditentukan oleh peneliti sesuai dengan teori pola asuh dari Dario (2004). sebagaian besar ibu anak prasekolah di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara  pola asuh penelantar lah yang memiliki kemandirian yang baik yaitu 10 anak (17,9%). Data distribusi pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel 6.1. Ibu yang menerapkan pola asuh penelantar lebih memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi juga tidak ragu-ragu untuk mendisiplinkan anaknya. Selain itu didalam memerintah anak ibu  juga kadang menerapkan pola asuh yang bergantian sesuai dengan keadaan. Pola asuh penelantar ditunjukan dengan data berupa ibu bisa memberi petunjuk dengan batasan-batasan yang diterapkan, bisa juga membantu anak mengetahui kempuan dan kemauan yang anak inginkan, dan lebih memberikan anak untuk melakukan tugasnya secara mandiri tanpa harus diawasi.

     Ibu juga bersifat realistis terhadap kemauan anak, memberikan anak kebebasan untuk memilih dan melakukan suatu tindakan pendekatannya pada anak dengan cara  menyesuaikan dengan keadaan dan berfariasi dalam menerapkan pola asuh. Pola asuh ini akan menghasilkan karakteristik anak yang mendiri, dapat mengontrol diri, dan dapat cepat menyesuaikan diri dengan temannya yang baik.

     Data distribusi pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara juga menunjukan tidak semua ibu menerapkan pola asuh penelantar kepada anaknya. Beberapa ibu ada yang menerapkan pola asuh otoriter, demokratis dan pola asuh permisif kepada anaknya. Anak yang mandiri selain pola asuh penelantar yakni, ibu yang menerapkan pola asuh otoriter sebanyak 1 anak (1,8%), pola asuh demokratis sebanyak 6 (10,7%), pola asuh permisif sebanyak 9 (16,1%). Pola asuh otoriter menunjukan bahwa ibu memiliki kendali memaksa yang tinggi, ketat dalam menerapkan aturan, memberikan dukungan yang rendah. Pola asuh demokratis menunjukan bahwa ibu memiliki kendali yang berlebihan dan sering membantu anak didalam memberi petunjuk terkait aturan-aturan yang diterapkan. Pola asuh permisif menunjukan bahwa kasih sayang ibu kepada anaknya sangat berlebihan namun sedikit bimbingan yang diberikan.

     Hasil pengisian kuesioner ibu yang menerapkan pola asuh otoriter didapat bahwa ibu kurang memberikan dukungan kepada anaknya, ketat dalam member aturan pada anaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baumrind dalam Judy et al (2012) bahwa ibu yang memiliki pola asuh otoriter memiliki kendali memaksa tinggi, ketat dalam menerapkan berbagai aturan, dan tepat dalam menerapkan disiplin, namun memberikan dukungan yang rendah.  

     Hasil pengisian kuesioner ibu yang menerapkan pola asuh demokratis didapat bahwa ibu memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan namun masih perlu untuk dikontrol, ibu juga bersikap realistis terhadap kemampuan anaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baumrind dalam Judy et al (2012) yang menyatakan bahwa ibu dengan pola asuh demokratis bersikap rasional dimana ibu selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran.

     Hasil pengisian kuesioner ibu yang menerapkan pola asuh permisif kepada anaknya didapat bahwa ibu tidak menyusun dan member petunjuk yang jelas terkait aturan-aturan untuk anaknya, namun sedikit membantu anaknya menyelesaikan tugasnya, dan kurang memberi tantangan kepada anaknya untuk mencoba hal baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baumrind dalam Judy et al (2012) bahwa ibu yang menerapkan pola asuh permisif mengetahuai pentingnya kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman secara emosional, namun tidak mementingkan disiplin. Baumrind menemukan bahwa bimbingan yang tidak cukup membuat anak tidak tahu apa yang harus dilakukan.

     Pada dasarnya, setiap tipe pola asuh orang tua mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga dalam penerapannya ibu akan memberlakukan tipe demokratis, atau pada waktu-waktu tertentu ibu akan bersikap  otoriter.  Hal  ini  tergantung  dari  situasi  dan  kondisi  yang sedang dihadapi (Elizabeth Hurlock, 1996).

3.    Hubungan Perkembangan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Pada Ibu Yang Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara

     Hasil penelitian tentang perbedaaan tugas perkembangan anak usia prasekolah pada ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja menunjukan adanya hubungan perkembangan anak usia prasekolah dengan ibu yang bekerja dan ibu tidak bekerja. Berbedaaan hasil penelitian pada perkembangan kemandirian anak menunjukan adanya hubungan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja. Pada hasil penilaian kuesioner, dikatakan anak itu mandiri apabila hasil penilaian dari kuesioner pola asuh dan perkembangan kemandirian anak sesuai umur anak yang menunjukan responden mengisi kuesioner benar dan hasil nilainya paling dominan mandiri.

     Perkembangan kemandirian anak dengan kategori mandiri lebih banyak terdapat pada ibu yang bekerja sebanyak 16 (64,0%) anak usia prasekolah, ternyata pada ibu yang bekerja juga bisa tercapai perkembangan kemandirian. Hasil ini dapat diperkuat oleh teori Soetjiningsih (2004) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian usia prasekolah terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi emosi dan intelektual, sementara faktor eksternal meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih saying, kualitas informasi anak dan ibu, pendidikan, dan status pekerjaan. Seorang ibu yang bekerja dan berumah tangga dan berumah tangga pada dasarnya tetap menjalankan suatu peran yang tradisional, yaitu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, hanya saja waktu untuk mengurus rumah tangga bagi ibu yang bekerja tidak sebanyak waktu yang diberikan oleh ibu yang tidak bekerja (Gunarsa, 2004).

     Tugas ibu adalah mempersiapkan anak agar anak mampu bersaing dan mandiri untuk masa depan sehingga bagi ibu bekerja dalam mengasuh anak yang dibutuhkan bukan kuantitas tetapi kualitas dalam mengasuh anak.     

     Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pada ibu yang tidak bekerja lebih sedikit mengalami perkembangan kemandirian anak. Hal ini mungkin disebabkan karena anak lebih sering bersama ibu, karena ibu kurang untuk mengenalkan dan melatih anaknya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri, serta ibu kurang mensosialisasikan anaknya untuk mengenal orang lain. Perkembangan kemandirian anak yang tidak mandiri sesuai umurnya juga dapat dipengaruhi oleh ibu yang lebih sibuk melakukan pekerjaan rumah dan berbicara dengan tetangga sehingga tidak memperhatikan kondisi anak. Saat peneliti mengobservasi perkembangan kemandirian anak terlihat beberapa ibu yang lebih sering bermain kerumah tetangga dan berbicara dengan tetangga tanpa mengawasi anaknya. Mungkin hal ini yang menyebabkan sebagian dari ibu yang tidak bekerja mengalami perkembangan kemandirian yang tidak mandiri. Peran perawat dalam hal ini yaitu perawat mampu melakukan upaya promotif, preventif terhadap ibu dengan anak usia prasekolah yang mengalami ketidak mandirian dalam melakukan perkembangan kemandirian.

 

     Dari hasil diperoleh ibu yang tidak bekerja mandiri 10 anak (32,3%) artinya ibu yang bekerja mandiri 16 anak (64,0%) untuk perkembangan kemandirian anak dibandingkan ibu yang bekerja lebih banyak yang mandiri dari pada ibu yang tidak bekerja. Data ini menggambarkan bahwa sebagian besar anak dengan ibu bekerja perkembangan kemandirian anak usia prasekolah akan tercapai sesuai dengan usianya.  

 

C.       Keterbatasan Penelitian

     Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan penelitian, diantaranya:

1.    Penelitian ini hanya mengukur dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak usia prasekolah, sedangkan faktor-faktor yang lain tidak diukur dan dikendalikan peneliti agar tidak terjadi bias adalah peneliti menentukan sampel dengan beberapa kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

2.    Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini alat pengumpulan data pola asuh ibu dan perkembangan kemandirian anak hanya dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh ibu banyak ibu yang mengisi kuesioner langsung tapi lebih sedikit kuesioner ibu yang dibawa pulang. Peneliti tidak mengobservasi secara langsung bagaimana perkembangan kemandirian yang sebenarnya yang telah dicapai oleh anak-anak tersebut.

        

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.     Kesimpulan

     Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hubungan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dengan pola asuh ibu dan setatus pekerjaan di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara sebagai berikut:

1.      Karakteristik anak usia prasekolah sebagian besar responden ibu yang mempunyai anak usia 4-6 tahun di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara sebagaian besar ibu-ibu berlatar belakang ibu bekerja, pendidikan berada pada jenjang SMA, ibu berumur 30-40 tahun yang mempunyai anak sebagaian besar dengan umur 5-6 tahun dengan proporsi jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan yang hampir merata.   

2.      Pola asuh ibu di TK Pertiwi DWP Setda Kabupaten Banjarnegara lebih dominan mandiri pada pola asuh penelantar 10 ibu (71,4%).  

3.      Ibu yang memiliki pola asuh penelantar sebagian besar mempunyai anak prasekolah dengan perkembangan kemandirian yang mandiri 71,4%.

4.      Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah, pada tabel 6.2 diatas ditulis hasil uji statistik menunjukan nilai P value < α (0,036<α0,05) dengan Odd Ratio (OR) sebesar 3,733.

 

B.     Saran

1.    Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan

a.    Perawat anak sebagai pemberi asuhan keperawatan sebaiknya mulai memperhatikan pentingnya perkembangan kemandirian anak usia prasekolah. Oleh karena itu, perawat perlu memberikan informasi atau membagi liflet kepada masyarakat dan sekolah untuk memaksimalkan peranannya sebagai pendidik dengan bekerja sama dengan melibatkan guru dan para ibu tentang pentingnya penerapan pola asuh yang tepat untuk perkembangan kemandirian anak usia prasekolah.  

b.    Perawat anak dimasyarakat diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam melakukan pengkajian dan merencanakan program-program pelatihan atau penyulahan dan membagi liflet terkait keterampilan melatih kemandirian anak didalam mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan dasarnya agar anak perkembangan kemandirian bisa tercapai dengan baik sesuai dengan umurnya pada anak usia prasekolah baik yang bersekolah maupun yang tidak bersekolah.

 

2.      Untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak

 Karena masih banyak anak usia prasekolah yang perkembangan kemandiriannya belum mandiri dibeberapa area, pihak sekolah diharapkan dapat terus mengembangkan program pengajaran disekolah mengenai perkembangan kemandirian anak, bekerja sama dengan ibu dan tenaga kesehatan sehingga anak TK mendapatkan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan terkait dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah .

3.      Untuk Ibu atau Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Ibu diharapkan terus meningkatkan pengetahuan terkait perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dengan mengikuti penyuluhan, diskusi, atau pelatihan tentang usia yang tepat untuk melatih anak berlatih mandiri sehingga anak mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.

4.      Untuk Penelitian Lebih Lanjut

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada anak dengan perkembangan kemandirian anak usia prasekolah dengan menambah faktor-faktor lain yang belum diteliti dan memperluas area penelitian pada TK lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Muhammad. 2012. Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Anak. Majalah Mimbar Pembangunan Agama. (online). Jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar312/wjt11347361879.pdf. [diakses 18 Maret 2013].

Andika, I. (2007) Pengaruh harga diri terhadap kepuasan hidup pada wanita bekerja dan wanita tidak bekerja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur). 

Arikunto,  S.  2006.  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktik.  Jakarta: Rineka Cipta.

Arvin, Behrman Kliegman. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 1. Jakarta : EGC

Astuti, D. (2005). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa. Diakses tgl 17 Juni 2013 dari hhttp://digilib. Unnes.ac.id/gsdi/collet/Sekripsi/index/assoc/hASh4d24.dir/doc.pdf.

Aswar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aunillah, Nurla Isna. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: :LAKSANA.

Bijou, S. W. Development in the preschool years: A functional analysis. American Psychologist, 1975, 30, 829-837. 

BKKBN. (2007). Kiat Praktis Keluarga dalam Pengasuhan dan Pengembangan Anak Usia Dini. Unicef Indonesia.

Brek, Laura E. (2005). Child Development. Massachusetts; Appleton and Lange Stamford.

Brooks, J. B. (2001). Parenting. California: Mayfield Publishing Company.

Budiarto, Eko. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Dariyo Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pelaksanaan  Stimulasi, Deteksi dan Intervensi  Dini  Tumbuh  Kembang  Anak  di  Tingkat  Pelayanan  Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

                                . (2009).Undan-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.Jakarta.

                                . (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Diakses Pada Tanggal 30 Maret 2013. From: http://www.depkes.go.id

Desmita, (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

     . (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Gunarsa,  S. (1995).  Psikologi perkembangan.Jakarta  : PT  BPK Gunung  Mulia.

Hartanto, M. et al. 2009. Penilaian Perkembangan Anak Usia 0-36 Bulan Menggunakan Metode Capute Scales. Jurnal. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Hastono,  Sutanto  Priyo.  2007.  Analisis  Data  Kesehatan.  Jakarta:  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Havighurst, R. J. Developmental tasks and education, 3d ed. New York: McKay, 1972.

Hidayat AA. 2009. Metode Penelitian Keperawatan  dan  Teknik  Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hoghughi, M. (2004). Parenting. Hoghughi M, Long N, editor. Handbook of Parenting. London: Sage Publication, Inc.

Hurlock,  Elizabeth  B.  1995.  Psikologi  Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

IDAI. (2002). Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja Edisi Pertama. Jakarta : Sagung Seto.

lntisari. (2003). Seninya mengajar anak mandiri. Diambil pada tanggal 7 agustus dari http://www.intisari-online.con/majalah.asp

Judy et all. 2012. Sukes Membesarkan Anak Dengan Pemberdayaan Hubungan. Alih bahasa: Eddy Susanto. Tanggerang: Kharisma Publishing Group.

Kannisius. (2006). Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta Pustaka Media.

Kozier. B, Erb. G, Berman. A, & Snyder. S.J (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktek. Jakarta: EGC.

Lonan,J.M. (2008). Faktor-faktor Yang Berkaitan dengan Pola Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Prasekolah. Vol 4.

Malau, E. (2012). Faktor Eksternalyang Mempengaruhi Kemandirian Anak Kelas Satu Sekolah Dasar Negeri 1 Pondok Cina Kota Depok. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Sarjan Reguler Universitas Indonesia.

Mariun, N. Badrun. 2004. Konstribusi Perempuan pada Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus di 4 Kabupaten/ Kota. Warta Demografi Tahun 34 No.3

Maulana, Febri. (2011). Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah. http://maulana,f.com/2011/01/09/perkembangananakprasekolah.pdf. [diakses tanggal 13 Februari, 2012].

Nanda, D. M. (2010). Fear of success pada wanita bekerja (Sekripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian  Kesehatan.  Edisi  Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

                       . (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nugroho, H. (2009). petunjuk praktis denver developmental screening test. Jakarta: EGC.

Nursalam.  (2008).  Konsep dan Penerapan Metedologi {enelitian Ilmu Keperawatan :Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

              . (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Retno Dwi Astuti, (2005). Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Anak Dalam Belajar Pada Anak Kelas Xi Sma Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Semarang.

Richter L. The Importance of Caregiver-Child Interaction for the Survival and Healthy Development of Young Children: A Review. World Health Organization, Geneva, 2004.

Rohita. (2004). Strategi Pembelajaran Kecakapan hidup (Life Skills) Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Diambil dari: http://www.ncpublicschools.org.

Santrock, J.W.2002.Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Saryono. (2008) Metedologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Septiarti. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Hal :  74.

Setainberg, L. (1995). Adolescene. Sanfrancisco: McGraw-Hill Inc.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shochib, M. (2000). Pola asuh orang tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Sholihah, Siti. 2011. Perkembangan Personal Sosial Anak Prasekolah 0-6 Tahun.

http://pondokibu.com/2988/skala-perkembangan-kematangan-sosial-untuk-anak-umur-0-6-tahun. [diakses tanggal 20 Februari 2012].

Sidiharto, Suryati., Izzaty, Rita Eka. (2007). Pengembangan Kebiasaan Positif. Yogyakarta: Pusat Penelitian Anak Usia Dini.

Soetjiningsih. (2004). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto: Jakarta

Sudjana. D. (2004). Managemen program pendidikan untuk pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian, cetakan ketujuh. Bandung: CV.Alfabeta.

              . (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2007). Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:EGC. Hal : 76,83,96

Sulifan,Y (2007). Melatih Kemandirian Anak. Diambil pada tanggal 4 agustus dari http: //wwwkabarindonesia.com

Supadi, S. 2000. Statistika Kesehatan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Supartini, Yupi, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Supriyadi. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan.Jakarta.

Undang-Undang RI No.  23  Tahun  2002  Tentang  Perlindungan  Anak.  diunduh tanggal  27  Juni  2013  dari (http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17453/nprt/539/uu-no-23-tahun-2002 perlindungan-anak.

UNICEF & University of Winconsin (2008). Monitoring child disability in developing countries: Result from the multiple indicator cluster surveys (MICS). Februari 20, 2011.

Utomo, J. 2012. Pendidikan Anak Usia Prasekolah. http://anakanak.net/pendidikan-anak-pra-sekolah.html diakses pada tanggal 7 Juli 2012.

Walker SP, Wachs TD, Gardner JM, Lozoff B, Wasserman GA, Pollit E, Carter JA, The International Child Development Steering Group. Child Development: Risk Factors for Adverse Outcome in Developing Countries. Lancet,2007;369 (9556): 145-57.

Wening, 2012. Bunda Sekolah Pertamaku. Solo: Tinta Medina.

WHO. (1999). Mitra dalam Pendidikan Keterampilan Hidup. Kesimpulan dari Inter-badan Perserikatan Bangsa-Rapat. Geneva, WHO, 1999 (WHO/MNH/MHP/99.2).

Wicaksono, E. (2012).  Perbedaan  Tingkat  Perkembangan  Personal  Sosial  Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani PAUD Dan Tidak PAUD Didusun Krajan II Grenden Puger Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Universitas Negeri Jember.

Widiastuti, Sari. (2008). Masalah Perkembangan Anak Usia Prasekolah. http://etd.eprint.ums.ac.id/12360/02/04.pdf.  [diakses  tanggal  21  Februari 2012].

Wong, et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta: EGC.

Yamin, M dan Jamilah, S.S. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press.

Yulia, Hefvin. (2010). Upaya Meningkatkan Kemandirian Siswa Melalui Metode demonstrasi Di Taman Kanak-Kanak Bina Sari Pontianak. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmer-Gembeck, M.J & Collins, W.A. 2003. Autonomy Development During Adolescence. Dalam Adams, Gerald. R & Berzonsky, Michael. Blackwell Handbook of Adolescence. Oxford: Blackwell Publishing.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB XI KESELAMATAN DI LABORATORIUM

 KLIK LINK MATERI BAB 11 DI BAWAH INI:  https://docs.google.com/presentation/d/16uaFdyevRUFHC_NvuKjjd-8NDZA4WyAY/edit?usp=drive_link&oui...